Ringkasan
Materi SKI kelas IX
UAMBN
2015-2016
MTs ................
Indikator 26: Siswa dapat mengidentifikasi
salah satu bukti masuknya Islam di Indonesia
|
Proses Masuknya Islam di Indonesia pada abad pertama Hijriyah
atau sekitar abad ke-7 M adalah :
1. Catatan Sejarah Kerajaan
Cina
Menurut catatan ini, pada
zaman Dinasti Tang terdapat rencana orang-orang Ta-shih untuk menyerang
kerajaan Holing yang diperintah oleh Ratu Sima (674) M.
Ta-shih dalam berita itu
ditafsirkan sebagai orang-orang Arab.
2. Berita Chou
Ku-Fei (1178 M)
Menurut
berita ini, di daerah Indonesia saat itu terdapat dua tempat yang menjadi
komunitas orang Ta-shih, yaitu Fo-lo-an
di Sumatera Selatan. Wilayah ini merupakan wilayah kekuasaan kerajaan
Sriwijaya. Fo-lo-an sekarang lebih dikenal sebagai Kuala Brag, Tremggano
Malaysia.
3. Bertia
Jepang (784 M)
Berita
ini menceritakan perjalanan pendeta Kanshin ke Indonesia. Dalam berita tersebut
dikemukakan bahwa pada masa itu di Kanton terdapat kapal-kapal Po-sse dan
Ta-Shih K-uo. Oleh para ahli, istilah Po-sse ditafsirkan sebagai bangsa Melayu,
sedangkan Ta-shih ditafsirkan sebagai orang-orang Arab dan Persia.
Pendapat
lain menyatakan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 M.
Pendapat ini didasarkan pada munculnya Kerajaan Samudera Pasai yang bercorak
Islam, pada abad ke-13 M. Pendapat ini diperkuat oleh bukti-bukti sebagai
berikut :
1.
Catatan Perjalanan Marcopolo (1292 M)
Catatan
ini mengisahkan perjalanan Marcopolo ke Sumatera bagian Utara. Pada saat itu.
Marcopolo sempat singgah di Kerajaan Islam Samudera Pasai dalam perjalanannya
kembali ke Eropa dari Cina.
2.
Berita Ibn Battutah
Berita Ibn Battutah pada abad
ke-13 M serta batu nisan Sultan Malik As-Shaleh ditemukan di Sumatera Utara dan
berangka tahun 676 H (1297 M). Sultan Malik as-Shaleh dikenal sebagai seorang
raja di Kerajaan Samudera Pasai.
3.
Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim
Di gresik terdapat makam Syekh Malik Ibrahim
yang wafat pada tahun 1419 M. Batu nisannya serupa dengan makam-makam di
Samudra Pasai. Diperkirakan batu nisan tersebut didatangkan dari Gujarat.
Indikator 27: Siswa dapat mengidentifikasi
cara-cara masuknya Islam ke Indonesia
|
Secara garis besar cara masuknya atau penyebaran
Islam di Indonesia adalah melalui:
1.
Perdagangan
Sejak
abad ke VII M hingga abad ke XVI M, pedagang muslim dari Arab, Persia dan India
atau pedagang manca negara yang datang ke Indonesia telah ikut ambil bagian
dalam kegiatan perdagangan.
Pedagang
muslim yang berdagang ke Indonesia makin lama makin banyak sehingga akhirnya
membentuk pemukiman. Dari tempat ini mereka berinteraksi dan berasimilasi
dengan masyarakat asli seraya menyebarkan agama Islam.
2. Perkawinan
Para
pedagang muslim yang datang ke Indonesia banyak yang menikah dengan wanita
pribumi. Sebelum perkawinan berlangsung wanita-wanita pribumi yang belum
beragama Islam diminta mengucapkan syahadat sebagai tanda menerima Islam
sebagai agamanya. Melalui proses/interaksi-interaksi seperti itulah penduduk
pribumi lambat laun mengenal nilai-nilai dan ajaran Islam.
Kemudian
juga melalui interaksi-interaksi itu pada gilirannya keluarga muslim itu
berkembang menjadi perkampungan muslim lalu lebih luas lagi menjadi masyarakat muslim. Masyarakat muslim
inilah yang dikemudian hari merintis terbentuknya kerajaan Islam.
3. Pendidikan
Pengenalan
dan penyebaran ajaran Islam melalui pendidikan dilakukan setelah terbentuknya
masyarakat muslim pribumi. Pendidikan diselenggarakan oleh para guru agama,
kiai dan ulama.
Mereka
memberikan pendidikan berawal dari rumah, masjid dan mushalla, setelah itu
mereka mendirikan Madrasah dan Pondok Pesantren untuk mendidik anak-anak dan
para remaja yang tertarik untuk menjadi santri. Pesantren ini terbuka bagi
siapapun dan dari daerah lain. Semakin terkenal kiai yang mengajar di sebuah
pesantren itu, semakin besar pula pengaruh pesantren tersebut di tengah
masyarakat. Setelah selesai pendidikan mereka kembali ke kampung halaman
masing-masing dan ada yang pergi ke tempat-tempat lain, di sana para santri
berdakwah dan mengajarkan Islam. Kegiatan seperti itu turut memperluas pengaruh
Islam ke berbagai penjuru Indonesia.
4. Tasawuf
Cara
penyebaran Islam yang lain adalah melalui Tasawuf. Tasawuf adalah ajaran atau
cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ajaran ini memudahkan orang yang
telah mempunyai dasar ketuhanan lain untuk mengerti dan menerima ajaran Islam.
Ajaran
Tasawuf ini banyak dijumpai dalam cerita-cerita babad dan dan hikayat
masyarakat setempat. Beberapa tokoh penyebar tasawuf yang terkenal adalah
Hamzah Fansuri, Syamsudin, Syeh Abdul Samad dan Nuruddin ar-Raniri.
5. Kesenian
Penyebaran agama Islam di Indonesia
terlihat pula dalam kesenian Islam, seperti peninggalan seni bangunan, seni
pahat, seni musik dan seni sastra. Hasil-hasil seni ini dapat pula dilihat pada
bangunan masjid-masjid kono di Aceh, Demak, Cirebon dan Banten.
Indikator 28: Siswa dapat
mengidentifikasi factor-faktor berkembangnya Islam di Indonesia
|
Beberapa faktor yang menyebabkan
Islam mudah diterima oleh rakyat
Indonesia dan berkembang dengan cepat adalah :
1. Syarat-syarat
masuk agama Islam sangat mudah. Seseorang telah dianggap masuk Islam bila ia telah mengucapkan dua kalimat
syahadat.
2. Dalam
ajaran Islam tidak mengenal adanya kasta-kasta dan menganggap semua manusia
mempunyai kedudukan yang sama di hadapan Allah. Kemuliaan seseorang tidak
ditentukan oleh kaya, miskinnya, pangkat dan jabatannya, tetapi oleh nilai
ketaqwaannya kepada Allah.
3. Upacara-upacara
keagamaan dalam ajaran Islam sangat sederhana dan tidak harus mengeluarkan
banyak biaya.
4. Agama
Islam yang menyebar di Indonesia disesuaikan dengan adat dan tradisi bangsa
Indonesia dan dalam penyebarannya dilakukan dengan damai tanpa kekerasan.
5. Sifat
bangsa Indonesia yang ramah tamah memberi peluang untuk bergaul lebih erat
dengan bangsa lain. Di dalam pergaulan yang erat itu kemudian terjadi saling
mempengaruhi dan saling pengertian.
Indikator 29: Siswa dapat
mengidentifikasi salah satu bukti adanya kerajaan Samudra Pasai
|
Salah satu bukti dari hasil
peninggalan budayanya, berupa batu nisan Sultan Malik al-Saleh dan jirat Putri
Pasai. Batu nisan Malik al-Saleh batu nisan tersebut berasal dari Gujarat
(India). Hal ini berarti kerajaan Samudra Pasai bersifat terbuka dalam menerima
budaya lain yaitu dengan memadukan budaya Islam dengan budaya India.
Indikator 30: Siswa dapat
mengidentifikasi peranan penting dari kerajaan Malaka
|
Parameswara mendirikan sebuah
kerajaan di daerah Semenanjung Malaya, kerajaan ini kemudian dikenal sebagai
Kerajaan Malaka. Dengan semangat baru Parameswara kemudian berupaya untuk
mengembangkan kerajaanya dengan membangun sebuah pelabuhan sebagai pusat
perdagangan mengingat lokasi Kerajaan Malaka berada di lokasi yang strategis.
Dari pelabuhan inilah harapan untuk Malaka yang jaya muncul. Pedagang dari
bangsa – bangsa hebat pada masa itu seperti Gujarat, Arab, Tiongkok dan sebagainya
bermunculan di pelabuhan Malaka. Pembangunan pelabuhan inilah kemudian yang
menjadi faktor utama kejayaan kerajaan Malaka.
Bermunculan pedagang – pedagang
dari Arab dan Gujarat yang notabene sebagian besar beragama Islam menyebabkan
perekonomian Kesultanan semakin baik dan agama Islam juga semakin kental di
wilayah Kesultanan Malaka. Kuatnya pengaruh Islam di wilayah kesultanan juga
menyebabkan Parameswara memeluk Islam,mengganti namanya menjadi Iskandar Syah
dan kemudian menjadikan Malaka sebagai kesultanan kedua yang ada di Nusantara
setelah Samudra Pasai.
Dalam eksistensinya yang hanya
mencakup satu abad, Kesultanan Malaka mengalami pergantian pemimpin hingga
empat kali setelah wafatnya sang pendiri, Iskandar Syah. Tak lama setelah
Iskandar Syah wafat, kepemimpinan Kesultanan Malaka dilanjutkan oleh anaknya
yang bernama Muhammad Iskandar Syah atau lebih dikenal sebagai Megat Iskandar
Syah.Di masa pemerintahanya yang hanya sepuluh tahun ia berhasil memajukan
Kesultanan Malaka di bidang pelayaran dan berhasil menguasai jalur perdagangan
di kawasan Selat Malaka dengan taktik perkawinan politik. Muhammad Iskandar
Syah bahkan berhasil menguasai Samudra Pasai dengan mudah. Dengan menikahi
seorang putri Samudra Pasai, kerajaan Islam pertama di Nusantara itu pun
akhirnya tunduk pada Malaka.
Kerajaan Malaka memiliki peran
yang sangat besar di bidang perdagangan. Perdagangan menjadi sumber utama
penghasilan Kerajaan Malaka. Terdapat beberapa ciri mengenai perdagangan di
Malaka.
- Raja
dan pejabat tinggi kerajaan terlibat dalam kegiatan dagang. Mereka
memiliki kapal, nakhoda, dan awak kapal yang bekerja kepadanya. Selain
itu, mereka juga menanamkan modalnya kepada perusahaan pelayaran.
- Pajak
bea cukai yang dikenakan terhadap setiap barang dibedakan atas asal barang.
Barang yang berasal dari Asia Barat, seperti India, Persia, Arab, dan
lain-lain, dikenakan bea sebesar 6%. Sedangkan barangbarang dari Asia
Timur, termasuk pedagang dari kepulauan Nusantara tidak dikenakan bea
cukai, namun mereka harus memberikan upeti kepada raja dan para pembesar
pelabuhan.
- Perdagangan
dijalankan dalam dua jenis. Pertama, pedagang memasukkan modal dalam
bentuk barang dagangan yang diangkut dengan kapal untuk dijual ke negeri
lain. Kedua, pedagang menitipkan barang atau meminjamkan uang kepada
nakhoda yang akan membagi keuntungannya dengan pedagang pemberi modal.
- Kerajaan
mengeluarkan berbagai undang-undang yang mengatur perdagangan di Kerajaan
Malaka, agar perdagangan berjalan lancar.
Indikator 31: Siswa dapat
mengidentifikasi sebab-sebab berdirinya Kerajaan Aceh
|
Kerajaan Aceh merupakan salah satu kerajaan
terbesar dari beberapa Kerajaan Islam di Indonesia pada zaman Indonesia Madya.
Beberapa sejarawan berbeda pendapat mengenai awal mula berdirinya Kerajaan
Aceh. Hal ini dikalangan sejarawan sangat wajar terjadi dalam menafsirkan bukti
sejarah. Menurut Djayadiningrat (1983:9) menyebutkan sebagai berikut.:
kekuasaan
kerajaan dimulai pada pertengahan ke-2 tahun 601 H (1205 M), ketika dari arah
barat datang seorang asing ke Aceh. Orang ini membawa agama Islam dan kawin
dengan seorang bidadari, ia menetap di Kandang-Aceh dan merupakan deretan
pertama dari para sultan Aceh dengan gelar Soeltan Djohan Sjah.
Djayadiningrat mengungkapkan hal tersebut melaui
sumber sejarah berupa kronik yang menjelaskan awal mula berdirinya kerajaan
aceh. Dalam kutipan tersebut disebutkan bahwa awal dari awal Kerajaan Aceh
melalui seorang pendatang asing yang memasuki Aceh dan membawa agama islam.
Orang tersebut menikah dengan seorang bidadari. Kemungkinan bidadari tersebut
adalah seorang putri kepala suku/ketua adat yang menempati wilyah tersebut.
Sehingga secara otomatis dia dapat menetap dan menjadi penerus kepala
suku/ketua adat yang menyebut dirinya dengan gelar Soeltan Djohan Sjah. Secara
berurutan penjelasan dari kronik, Djayadiningrat (1983:10), raja-raja yang
pernah memerintah adalah sebagai berikut.
(1) Djohan
Sjah 601-631 H
(2) Riajat
Sjah, anak dari no. 1, asal mulanya bernama Sultan Ahmad 631-665
(3) Mahmud
Sjah, anak dari no.2 ; baru berumur satu tahun ketika naik tahta, berpindah
dari Kandang-Aceh dan mendirikan benteng Dar ad-doenja 665 —708
(4) Firman
Sjah, anak dari no.3 708-775 H.
(5) Mansoer
Sjah 775-811
(6) Ala
ad-din Djohan Sjah, anak dari no.5, pada mulanya bernama Radja Mahmoed 811-870
(7) Hoesein
Sjah 870-901
(8) Ali Riajat
Sjah > 901-917
(9) Salah
ad-din, digulingkan oleh adiknya no.10 917—946
(10)
Ala ad-din abang dari no.9 946-975.
Namun penjelasan dari kronik tersebut belum dapat
dipastikan kebenarannya. Hal tersebut disebabkan sebuah kronik adalah berita
dari mulut kemulut yang kebenarannya belum dapat dipastikan namun dapat
dijadikan dasar penelitian sejarah. Berita kronik ini menjadi kabur setelah
diperkuat dengan bukti-bukti sejarah lain yang lebih kuat yang disampaikan oleh
ahli sejarah. Dalam Boestan as-salatin dalam Djayadinigrat (1983:11-12)
memaparkan tentang berdirinya kerajaan Aceh adalah sebagai berikut.
Menyebutkan
sultan Aceh yang pertama bernama Ali Moeghajat Sjah. Ia naik tahta pada
tahun'913 H. Dan memerintah sampai tahun 928. Sebelumnya, tidak ada sultan di
Aceh. Yang ada hanya kepala (meuran) yang mempunyai kekuasaan secara lokal.
Sultan Ali Moeghajat Sjah adalah sultan yang pertama memeluk agama Islam dan
menyebarkannya di Aceh. Ia menaklukkan Pedir, Samudra dan banyak lagi kerajaan
kecil lainnya.
Dalam Boestan as-salatin bahwasannya sultan Aceh
yang pertama ialah bernama Ali Moeghajat Sjah. Aceh memang sebelumnya tidak ada
kesultanan yang ada hanya meuran atau orang yang menduduki kekuasaan daerah
atau kekuasaan lokal. Memang sebelumnya Aceh menjadi daerah kekuasaan
Pedir/Pidie ketika Malaka jatuh ke tangan Portugis. Tidak hanya Aceh saja
daerah Daya juga dikuasai oleh Pidie. Seperti yang dipapakarkan oleh Harun
(1995:11)
Sebenarnya tatkala orang Portugis mulai
menginjakkan kaki di Malaka awal abad ke-16, Aceh masih merupakan kerajaan
taklukkan kerajaan Pidie, yang terletak di Sumatra Utara, akan tetapi berkat
jasa Sultan Ali Mughiyat Syah akhirnya mampu melepaskan diri dari pengaruh
Pidie dan menjadi daerah yang berdaulat penuh bahkan pada babak berikutnya
Acehlah yang kemudian menjadi sentral kekuasaan di wilayah Sumatra Utara
tersebut Pasai, Daya termasuk pula yang dulunya menjadi kerajaan atasan Aceh.
Sebelum menjadi kesultanan Aceh, daerah ini
menjadi kekuasaan kerajaan Pidie. Tidak hanya Aceh, wilyah sekitarnya termasuk
Pasai dan Daya juga merupakan daerah taklukan kerajaan Pidie. Daerah ini
diperintahkan oleh dua orang budak atau bawahan kerajaan Pidie yang dikawinkan
dengan keponakan sultan. Menurut William (2008:381) “kedudukan budak disini berbeda dengan budak di dunia lain . . .
dianggap sebagai anggota keluarga . . . dipekerjakan sebagai pedagang . . .
mendapat bagian keuntungan dari berdagang . . . meminta perlindungan dari
penguasa . . . diperlakukan secara terhormat . . . dijadikan ahli waris . . .
dilukiskan malah memegang kekuasaan Aceh”. Dari pernyataan tersebut seorang
budak diperlakukan layaknya orang biasa. Kebanyakan mereka dipekerjakan untuk
berdagang. Kadang-kadang seorang budak yang meminta perlindungan dari seorang
penguasa dapat diperlakukan secara terhormat karena mendapat lindungan dari
penguasa. Begitu pula budak yang menjadi bawahan kerajaan Pidie yang dipercaya
untuk menguasai wilayah Aceh, Pasai, dan Daya.
Namun setelah itu Sultan Ali Mughiyat Syah atau
Sultan Ibrahim berhasil melepaskan Aceh dari pengaruh Kerajaan Pidie, Aceh
dapat menjadi daerah kesultanan yang berdaulat penuh yang pada akhirnya mampu
menguasai daerah kerajaan Pidie serta mengusai daerah yang semula dikuasai
Kerajaan Pidie sebelumnya yaitu Pasai dan Daya. Atas keberhasilannya, Sultan
Ali Mughiyat Syah atau Sultan Ibrahim menjadi penguasa pertama dan juga sebagai
pendiri Kerajaan Aceh Darussalam. Menurut William (2008:382) “Raja Ibrahim
adalah seorang pemuda yang ambisius. Setelah berkuasa ia menyerbu Daya yang
dianggap sebagai saingannya”. Oleh sebab itu Aceh dibawah pemerintahannya terus
mengalami perkembangan di semua bidang.
Indikator 32: Siswa dapat
mengidentifikasi peran kerajaan Demak dalam penyebaran agama Islam
|
Peran kerajaan Demak dalam penyebaran Islam antara
lain :
- Menjadi
pusat persebaran agama Islam di Jawa yang dilakukan oleh para wali.
- Mengadakan
perluasan wilayah di daerah-daerah sekitar pesisir pantai utara Jawa yang
kemudian diislamkan melalui pendekatan politik, sosial, dan budaya.
Indikator 33: Siswa dapat mengidentifikasi
sebab-sebab berdirinya kerajaan Banten
|
Pendiri kerajaan Banten adalah Syarif
Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati pada tahun 1526. Syarif Hidayatullah
berhasil menguasai menguasai bagian barat pantai utara Jawa. Daerah kerajaan
Banten menjadi batu loncatan untuk menguasai Pajajaran dari barat dan timur.
Kerajaan Banten dijadikan basis penyerangan kerajaan Demak dan Cirebon. Untuk
menguasai kerajaan Pajajaran dan pelabuhan Sunda Kelapa.
Penaklukan
Demak atas Pajajaran harus dilakukan, dikarenakan adanya penolakan kerajaan
Pajajaran atas usaha penyebaran agama Islam dan penolakan untuk mengakui
kekuasaan Demak atas Pajajaran. Runtuhnya kerajaan Demak yang ditandai dengan
dipindahkannya pusat kekuasaan dari Demak ke Pajang oleh Sultan Hadi Wijaya
membawa berkah bagi Banten dengan berani melepaskan diri menjadi kesultanan dan
merdeka dari kerajaan Demak.
Indikator 34: Siswa dapat
mengidentifikasi salah satu sebab berdirinya kerajaan Mataram
|
Setelah
kerajaan Demak runtuh, kerajaan Pajang merupakan satu-satunya kerajaan di Jawa
Tengah. Namun demikian raja Pajang masih mempunyai musuh yang kuat yang
berusaha menghancurkan kerajaannya, ialah seorang yang masih keturunan keluarga
kerajaan Demak yang bernama Arya Penangsang. Raja kemudian membuat sebuah
sayembara bahwa barang siapa mengalahkan Arya Penangsang atau dapat
membunuhnya, akan diberi hadiah tanah di Pati dan Mataram. Ki Pemanahan dan Ki
Penjawi yang merupakan abdi prajurit Pajang berniat untuk mengikuti sayembara
tersebut. Di dalam peperangan akhirnya Danang Sutwijaya berhasil mengalahkan
dan membunuh Arya Penangsang. Sutawijaya adalah anak dari Ki Pemanahan, dan
anak angkat dari raja Pajang sendiri.
Namun
karena Sutawijaya adalah anak angkat Sultan sendiri maka tidak mungkin apabila
Ki Pemanahan memberitahukannya kepada Sultan Adiwijaya. Sehingga Kyai Juru
Martani mengusulkan agar Ki Pemanahan dan Ki Penjawi memberitahukan kepada
Sultan bahwa merekalah yang membunuh Arya Penangsang. Ki Ageng Pemanahan
memperoleh tanah di Hutan Mentaok dan Ki Penjawi memperoleh tanah di Pati.
Pemanahan
berhasil membangun hutan Mentaok itu menjadi desa yang makmur, bahkan
lama-kelamaan menjadi kerajaan kecil yang siap bersaing dengan Pajang sebagai
atasannya. Setelah Pemanahan meninggal pada tahun 1575 ia digantikan putranya,
Danang Sutawijaya, yang juga sering disebut Pangeran Ngabehi Loring Pasar.
Sutawijaya kemudian berhasil memberontak kepada Pajang. Setelah Sultan
Hadiwijaya wafat (1582) Sutawijaya mengangkat diri sebagai raja Mataram dengan gelar
Panembahan Senapati. Pajang kemudian dijadikan salah satu wilayah bagian
daari Mataram yang
beribukota di Kotagede.
Kerajaan
Mataram Islam didirikan oleh Sutawijaya pada tahun 1575 M, dengan urutan
raja-raja yang memrintah sebagai berikut :
1. Sutawijaya 1575-1601 M
2. Mas Jolang 1601- 1613 M
3. Sultan Agung Hanyokrokusumo 1613-1645 M
4. Amangkurat I 1645-1677 M
5. Amangkurat II 1677-1702 M
Pada
perkembangannya selanjutnya berdasarkan perjanjian Giyanti, kerajaan Mataram
dibagi menjadi dua daerah, yaitu kesultanan Yogyakarta dan Kesuhuan Surakarta.
Kesultanan Yogya di diperintah raja Mangkubumi yang bergelar Hamengkubuwana I,
sementara Kesuhuan Surakarta diperintah oleh Kesuhuan Paku Buwono II.
Indikator 35: Siswa dapat
mengidentifikasi sebab-sebab runtuhnya kerajaan Gowa Tallo
|
Daerah
kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat
dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada
dominasi asing. Oleh karena itu ia menentang kehadiran dan monopoli yang dipaksakan
oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon. Untuk itu hubungan antara Batavia (pusat
kekuasaan VOC di Hindia Timur) dan Ambon terhalangi oleh adanya kerajaan
Makasar. Dengan kondisi tersebut maka timbul pertentangan antara Sultan
Hasannudin dengan VOC, bahkan menyebabkan terjadinya peperangan. Peperangan
tersebut terjadi di daerah Maluku.
Dalam
peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya untuk
memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya kedudukan Belanda
semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasannudin tersebut maka Belanda
memberikan julukan padanya sebagai Ayam Jantan dari Timur. Upaya Belanda untuk
mengakhiri peperangan dengan Makasar yaitu dengan melakukan politik adu-domba
antara Makasar dengan kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makasar). Raja Bone yaitu
Aru Palaka yang merasa dijajah oleh Makasar meminta bantuan kepada VOC untuk
melepaskan diri dari kekuasaan Makasar. Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu
dengan VOC untuk menghancurkan Makasar.
Akibat
persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota kerajaan Makasar.
Dan secara terpaksa kerajaan Makasar harus mengakui kekalahannya dan
menandatangai perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya tentu sangat merugikan
kerajaan Makasar.
Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi
perlawanan Makasar terhadap Belanda tetap berlangsung. Bahkan pengganti dari
Sultan Hasannudin yaitu Mapasomba (putra Hasannudin) meneruskan perlawanan
melawan Belanda. Untuk menghadapi perlawanan rakyat Makasar, Belanda
mengerahkan pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya Belanda dapat menguasai
sepenuhnya kerajaan Makasar, dan Makasar mengalami kehancurannya.
Indikator 36: Siswa dapat
mengidentifikasi salah satu keberhasilan Kerajaan Ternate
|
Kerajaan Ternate
berdiri pada abad ke-13 dengan beribukota di Sampalu. Letaknya di
Kepulauan Maluku bagian utara.
Ketika Bandar
Malaka menjadi ramai, permintaan rempah-rempah dari Maluku semakin besar.
Bersamaan dengan itu pengaruh Islam masuk ke Ternate. Islam mulai disebarkan ke
kerajaan ini pada abad ke-14. Masa kejayaan Kerajaan Demak, beberapa pemuda
Ternate telah belajar agama Islam kepada Sunan Giri. Salah satu pemuda tersebut
adalah Sultan Zainal Abidin, Raja Ternate.
Puncak kejayaan
kerajaan Ternate – Maluku merupakan daerah yang kaya rempah-rempah. Dengan
kekayaan ini menjadikan posisinya menjadi penting pada masa itu. Banyak
pedagang dari Jawa, Aceh, Arab dan Cina datang ke Ternate. Para pedagang pada
umumnya membeli rempah-rempah dan menual beras, madu dan pakaian.
Melalui jalan
dagang ini Islam berkembang ke Maluku, seperti Ambon, Ternate dan Tidore.
rempah yang dihasilkan Maluku terutama pala dan cengkih. Pala dan cengkih ini
sangat dibutuhkan bangsa Eropa sebagai bahan ramuan obat-obatan dan penghangat
badan.
Semula pala dan
cengkih dihasilkan dihutan secara alam, tetapi dengan banyaknya permintaan pada
abad ke-12 mulai diusahakan dalam bentuk perkebunan. Pengusahaan perkebunan
rempah-rempah ini terutama di Pulu Buru, Seram, Ambon dan Halmahera.
Ramainya
perdagangan rempah-rempah di Maluku mendorong timbulnya persekutuan-persekutuan
dagang, seperti berikut ini:
- Uli-Lima yang berarti
persekutuan lima. Anggotanya lima pulau kecil di Kepulauan Maluku. Kelima
pulau tersebut adalah Ternate sebagai ketuanya. Obi, Bacan, Seram dan
Ambon sebagai anggotanya.
- Uli-Siwa yang berarti
persekutuan sembilan. Anggotanya sembilan pulau di Kepulauan Maluku.
Kesembilan pulau tersebut adalah Pulau Makian, Halmahera, Mare, Moti dan
pulau-pulau kecil lain, sedangkan Tidore sebagai ketuanya.
Kedua persekutuan
ini akhirnya bersaing setelah kedatangan bangsa Barat di Maluku. Portugis
datang ke Maluku tahun 1512 dan bersekutu dengan Ternate, sedangkan Spanyol
datang ke Maluku tahun 1521 dan bersekutu dengan Tidore. Kedua kerajaan yang
diperalat bangsa asing ini akhirnya bersaing dan bermusuhan.
Portugis yang
lebih awal datang ke Maluku dan telah membangun Benteng San Paulo merasa
lebih kuat. Portugis berbuat sewenang-wenang terhadap rakyat Ternate dan
memonopoli perdagangan di Maluku. Tindakan yang demikian ini mendapat
perlawanan dari Spanyol di Tidore. Rakyat Ternate sendiri juga mengadakan
perlawanan dengan pimpinan Sultan Hairun pada tahun 1550 – 1570.
Spanyol kalah dan
menyingkir dari Maluku, sedangkan Sultan Hairun ditangkap Portugis. Setelah
Sultan Hairun dipenjarakan, perdagangan Portugis dikuasai rakyat Maluku.
Kemudian Sultan Hairun dikeluarkan dan diajak berunding, tetapi keesokan
harinya Sultan Hairun dibunuh ketika berkunjung ke bentengnya.
Peristiwa ini
menimbulkan kemarahan besar bagi rakyat Maluku dan Sultan Baabullah, anak
Sultan Hairun pada tahun 1570 – 1583, bersama rakyat Ternate mengadakan
perlawanan besar-besaraan terhadap Portugis. Dalam perlawanan ini ternyata
mendapat dukungan Tidore, sehingga Baabullah berhasil mengepung Benteng
Portugis selama lima tahun. Hal ini menyebabkan pasukan Portugis kekurangan
bahan makanan dan menyerah kepada Sultan Baabullah.
Ternate mencapai
puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Baabullah. Wilayahnya sampai ke
daerah Flipina bagian selatan. Bersamaan ini pula penyebaran Islam sampai ke
wilayah Filipina bagian selatan, sehingga sampai sekarang penduduk Filipina
bagian selatan banyak yang memeluk Islam
Indikator 37: Siswa dapat
mengidentifikasi peran Abdul Rauf Singkel dalam perkembangan Islam di
Indonesia
|
Peranan
Dalam Mertabatkan Tamadun Islam Syeikh Abdul Rauf Singkel sebagai seorang ulama
besar danterkemuka di Nusantara ini, beliau juga telah memainkan peranan yang
besar terhadap pembinaan tamadun Melayu dan memartabatkan TamadunIslam di
rantau ini. Antara lain bidang yang diceburi oleh beliau adalahseperti berikut:
a)
Bidang
Penulisan
b)
b)
Bidang Pendidikan
c)
Mewujudkan
Jaringan Keilmuan
d)
Kelahiran
Tokoh-Tokoh Ulama
Indikator 38: Siswa dapat
mengidentifikasi tokoh-tokoh Wali Songo
|
Walisongo atau Sembilan wali ini memiliki
kisah yang menarik. Masing-masing tokoh memiliki peran yang unik dalam proses
penyebaran islam di Indonesia. Seperti apa kisah walisongo tersebut? Berikut
adalah penjelasan singkatnya.
1. Walisongo
– Maulana Malik Ibrahim
Walisongo yang pertama adalah Maulana Malik
Ibrahim. Beliau diperkirakan lahir di Samarkan, Asia Tengah pada paruh awal
abad ke 14. Maulana malik Ibrahim ini kadang disebut juga sebagai syekh
Maghribi. Bahkan, ada juga sebagian rakyat yang menyebutnya sebagai kakek
Bantal.
Maulana Malik Ibrahim yang merupakan
saudara kandung Maulana Ishak merupakan anak dari seorang ulama Persia, Maulana
Jumadil Kubro yang diyakini juga sebagai keturunan ke-10 dari cucu Nabi
Muhammad, Syayidina Husein. Pernah bermukim di Campa (sekarang Kamboja) pada
1379, beliau akhirnya meninggalkan keluarganya dan hijrah ke tanah jawa pada
1392.
Tanah Jawa yang pertama kali disinggahi
oleh Maulana Malik Ibrahim adalah desa Sembalo (sekarang adalah daerah Leran,
Kecamatan Manyar, sekitar 9 km dari utara Kota Gresik). Adapun aktivitas
pertama maulana Malik Ibrahim di tanah ini bukanlah berdakwah, melainkan
menyediakan diri mengobati masyarakat secara gratis. Usai mendapatkan hati
masyarakat, barulah Maulana Malik Ibrahim memulai misi dakwahnya dengan
membangun sebuah pondok pesantren di Leran.
2. Walisongo
– Sunan Ampel
Sunan
Ampel memiliki nama kecil Raden Rahmat. Beliau lahir di Campa pada 1401 Masehi.
Sunan Ampel merupakan putra tertua Maulana Malik Ibrahim. Nama Ampel sendiri
diidentikan dengan nama daerah tempat beliau menyebarkan agama Islam, yakni
daerah Ampel, yang kini merupakan bagian dari Surabaya.
3. Walisongo
- Sunan Giri
Sunan
Giri merupakan anak dari Maulana Ishak, saudaranya Maulana Malik Ibrahim.
Selama tinggal di Jawa. Sunan Giri menuntut ilmu di pesantren misannya, Sunan
Ampel. Barulah setelah merasa cukup ilmu, beliau membangun pondok pesantren di
daerah perbukitan desa Sidomukti, Selatan Gresik. Dari sanalah beliau memulai
misi menyebarluaskan islam.
4. Walisongo
- Sunan Bonang
Sunan
Bonang merupakan anak dari Sunan Ampel. Dengan demikian, Sunan Bonang ini
merupakan cucu dari Maulana Malik Ibrahim. Sunan Bonang ini dilahirkan dari
seorang perempuan bernama Nyi Ageng Mulia pada 1465 M di daerah Tuban. Tak
hanya sebagai tempat kelahirannya saja, Tuban juga kemudian menjadi pusat
penyebaran agama islam oleh Sunan Bonang.
5. Walisongo
– Sunan Kalijaga
Sunan
kalijaga memiliki nama kecil Raden Said. Ia dilahirkan pada 1450 Masehi.
Ayahnya adipati Tuban, Arya Wilatikta. Sunan Kalijaga merupakan yang paling
banyak disebut di tanah Jawa, bahkan masyarakat Cirebon percaya bahwa namanya
sendiri diambil dari daerah Kalijaga yang terdapat di Cirebon.
6. Walisongo
– Sunan Gunung Jati
Masyarakat
jawa sangat mengagumi Sunan gunung Jati. Bahkan sangat kagumnya kepada beliau,
banyak kisah yang menyebutkan bahwa beliau pernah mengalami perjalanan
spiritual Isra Mi’raj dan bertemu Muhammad saw (Babad Cirebon Naskah Klayan
hal.xxii).
7. Walisongo
– Sunan Drajat
Sunan
Drajat merupakan anak dari Sunan Ampel. Tugas berdakwah yang pertamanya beliau
lakukan di pesisir Gresik, namun ia kemudian terdampar di sebuah dusun Jelog
(sekarang Lamongan).
8. Walisongo
– Sunan Kudus
Sunan
Kudus merupakan murid Sunan Kalijaga. Beliau berkelana ke berbagai daerah
tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul. Cara
berdakwahnya pun hamper sama dengan pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran
pada budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus.
9. Walisongo
– Sunan Muria
Nama
kecilnya adalah Raden Prawoto. Nama Muria diambil dari tempat tinggal
terakhirnya di lereng Gunung Muria, 18 kilometer ke utara Kota Kudus. Gaya
berdakwahnya banyak meniru cara ayahnya, Sunan Kalijaga. Namun berbeda dengan
sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah sangat terpencil dan jauh
dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam.
Indikator 39: Siswa dapat
mengidentifikasi peran salah satu tokoh dalam perkembangan Islam di Indonesia
|
- Sunan Gresik (Maulana
Malik Ibrahim)
Makam Maulana Malik Ibrahim, desa Gapura,
Gresik, Jawa Timur. Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi
Muhammad. Ia disebut juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar
Thariqat Wali Songo . Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim Nasab Maulana Malik
Ibrahim menurut catatan Dari As-Sayyid Bahruddin Ba'alawi Al-Husaini yang
kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang
terdiri dari beberapa volume (jilid). Dalam Catatan itu tertulis: As-Sayyid
Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain
Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid
Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad
Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid
Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad
Al-Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin
Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal
Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib,
binti Nabi Muhammad Rasulullah
Ia diperkirakan lahir di Samarkand di Asia
Tengah, pada paruh awal abad ke-14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya
Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah orang Jawa terhadap As-Samarqandy.[2]
Dalam cerita rakyat, ada yang memanggilnya Kakek Bantal.
Isteri
Maulana Malik Ibrahim
Maulana Malik Ibrahim memiliki, 3 isteri
bernama: 1. Siti Fathimah binti Ali Nurul Alam Maulana Israil (Raja Champa
Dinasti Azmatkhan 1), memiliki 2 anak, bernama: Maulana Moqfaroh dan Syarifah
Sarah 2. Siti Maryam binti Syaikh Subakir, memiliki 4 anak, yaitu: Abdullah,
Ibrahim, Abdul Ghafur, dan Ahmad 3. Wan Jamilah binti Ibrahim Zainuddin
Al-Akbar Asmaraqandi, memiliki 2 anak yaitu: Abbas dan Yusuf. Selanjutnya
Sharifah Sarah binti Maulana Malik Ibrahim dinikahkan dengan Sayyid Fadhal Ali
Murtadha [Sunan Santri/ Raden Santri] dan melahirkan dua putera yaitu Haji
Utsman (Sunan Manyuran) dan Utsman Haji (Sunan Ngudung). Selanjutnya Sayyid
Utsman Haji (Sunan Ngudung) berputera Sayyid Ja’far Shadiq [Sunan Kudus].
Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap
sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara
baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan
masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim
berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang
saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Pada
tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan,
Gresik, Jawa Timur.
- Sunan Ampel (Raden Rahmat)
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat,
keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim
Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan
binti Raja Champa Terakhir Dari Dinasti Ming. Nasab lengkapnya sebagai berikut:
Sunan Ampel bin Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Sayyid Jamaluddin
Al-Husain bin Sayyid Ahmad Jalaluddin bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Abdul
Malik Azmatkhan bin Sayyid Alwi Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shahib Mirbath
bin Sayyid Ali Khali’ Qasam bin Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi
bin Sayyid Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid Isa bin Sayyid
Muhammad bin Sayyid Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad
Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah
Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai
sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta,
Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa.
Ia menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri
adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki
Kembang Kuning. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng
Manila binti Aryo Tejo, berputera: Sunan Bonang,Siti Syari’ah,Sunan
Derajat,Sunan Sedayu,Siti Muthmainnah dan Siti Hafsah. Pernikahan Sunan Ampel
dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera: Dewi Murtasiyah,Asyiqah,Raden
Husamuddin (Sunan Lamongan,Raden Zainal Abidin (Sunan Demak),Pangeran Tumapel
dan Raden Faqih (Sunan Ampel 2. Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid
Ampel, Surabaya.
- Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan
merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel
dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang
banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk
agama Islam. Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati,
yang masih sering dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah
dengan memasukkan rebab dan bonang, yang sering dihubungkan dengan namanya.
Universitas Leiden menyimpan sebuah karya sastra bahasa Jawa bernama Het Boek
van Bonang atau Buku Bonang. Menurut G.W.J. Drewes, itu bukan karya Sunan
Bonang namun mungkin saja mengandung ajarannya. Sunan Bonang diperkirakan wafat
pada tahun 1525. Ia dimakamkan di daerah Tuban, Jawa Timur.
- Sunan Drajat
Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel, dan
merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Nama asli dari sunan drajat
adalah masih munat. masih munat nantinya terkenal dengan nama sunan drajat.
Nama sewaktu masih kecil adalah Raden Qasim. Sunan drajat terkenal juga dengan
kegiatan sosialnya. Dialah wali yang memelopori penyatuan anak-anak yatim dan
orang sakit. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri
adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada
masyarakat kebanyakan. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan
kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam. Pesantren Sunan
Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa
Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat Pangkur disebutkan sebagai
ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di Musium Daerah Sunan
Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan wafat pada 1522.
- Sunan Kudus
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau
Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom
Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah
keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad. Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal
Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad
Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin
Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin
Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin
Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin
Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sebagai seorang
wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan
Demak, yaitu sebagai panglima perang, penasehat Sultan Demak, Mursyid Thariqah
dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan
priyayi Jawa. Di antara yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto
penguasa Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu
peninggalannya yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya
bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun
1550.
- Sunan Giri
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq.
Sunan Giri adalah keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad, merupakan murid dari
Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang. Ia mendirikan
pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik; yang selanjutnya berperan sebagai
pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke
kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri
Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima.
- Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban
yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur
(Syekh Subakir). Ia adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan
kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian
wayang kulit dan tembang suluk. Tembang suluk lir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul
umumnya dianggap sebagai hasil karyanya. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga
disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq, menikahi juga
Syarifah Zainab binti Syekh Siti Jenar dan Ratu Kano Kediri binti Raja Kediri.
- Sunan Muria (Raden Umar Said)
Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah
putra Sunan Kalijaga. Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga dari isterinya yang
bernama Dewi Sarah binti Maulana Ishaq. Sunan Muria menikah dengan Dewi
Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi Sunan Muria adalah adik ipar dari Sunan
Kudus.
- Sunan Gunung Jati (Syarif
Hidayatullah)
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah
adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain
Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui
Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja. Sunan Gunung Jati
mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya
kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin,
juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten,
sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.
Indikator 40: Siswa dapat
mengidentifikasi perilaku baik yang dapat diteladani dari tokoh Abdul Rauf
Singkel
|
|
Perilaku
baik yang dapat diteladani abdul rauf singkeladalah pencerah bagi orang orang
terdahulu yang tasawufnya masih dikaitkan dengan hal hal yang gaib, haus akan
ilmu pengetahuan.
Indikator 41: Siswa dapat
mengidentifikasi perilaku baik yang dapat diteladani dari Wali Songo
|
Banyak
hal yang dapat diteladani dari konsep dakwah Walisongo, antara lain:
- Lemah Lembut dan Toleransi
- Tidak Mempersuli
- Bertanggung Jawab
- Menyesuaikan Kondisi
Psiko-Sosial Objek Dakwah
- Mengutamakan Proses
(Tahapan)
Indikator 42: Siswa dapat mengidentifikasi
perilaku baik yang dapat diteladani dari tokoh Muhammad Arsyad al-Banjari
|
perilaku baik (sifat mulia)
yang dapat diteladani dari Muhammada Arsyad al Banjari: Ramah, penyabar,
ridha, pemurah, Menghormati ulama dan
orang tua, Baik sangka
terhadap muslimin.
Indikator
43: Siswa dapat mengidentifikasi pengertian Islam Nusantara
|
Pengertian
Tradisi Islam Nusantara.
- Nusantara
adalah sebutan lain dari lndonesia. Disebut nusantara sebab wilayah ini
tendiri dari banyak pulau (nusa = pulau, tara = antara).
- Pengertian
tradisi Islam yaitu adat kebiasaan turun-temurun yang masih tetap
dilakukan oleh masyarakat Islam di Nusantara.
Indikator 44: Siswa dapat
mengidentifikasi salah satu contoh kesenian dan adat Nusantara
|
Kesenian
|
Adat Istiadat
|
- Reog
- Ludruk
- Karapan sapi,
- Ondel-ondel
- Wayang kulit ,
- Batik,
- Tari Saman
- dsb
|
- Tabot
- Rasulan
- Sekaten
- Mubeng beteng
- Sadranan
- Ngaben
- Labuhan
- Grebeg
- Upacara Turun Tanah di
Aceh
- dsb
|
Indikator 45: Siswa dapat
mengidentifikasi pengertian Akulturasi
|
Istilah akulturasi
berasal dari bahasa Latin acculturate yang berarti “tumbuh dan
berkembang bersama”. Secara umum, pengertian akulturasi (acculturation) adalah
perpaduan dua buah budaya
yang menghasilkan budaya baru tanpa menghilangkan unsur-unsur asli dalam
budaya tersebut. Misalnya. proses percampuran dua budaya atau lebih yang saling
bertemu dan saling memengaruhi.
Sedangkan,
menurut Koentjaraningrat, akulturasi adalah proses sosial yang
terjadi bila kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing
yang berbeda. Syarat terjadinya proses akulturasi adalah adanya persenyawaan (affinity)
yaitu penerimaan kebudayaan tanpa rasa terkejut. Syarat lainnya adalah adanya
keseragaman (homogenity) seperti nilai baru yang tercerna akibat
keserupaan tingkat dan corak budayanya.
Indikator 46: Siswa dapat
mengidentifikasi salah satu contoh seni budaya lokal sebagai bagian dari
tradisi Islam
|
Hadroh,
Kasidah, Suluk (suluk berupa puisi pertama
kali diciptakan oleh kaum priyayi terpelajar.), Kesusteraan Islam, Tari
Saman, Wayang Kulit, Kasidah, Kaligrafi, dsb
Indikator 47: Siswa dapat mengidentifikasi
bentuk apresiasi terhadap tradisi dan upacara adat kesukuan Nusantara
|
Bentuk dari apresiasi terhadap tradisi dan upacara
adat kesukuan Nusantara adalah memperingati tradisi tersebut, menjaga tradisi
tersebut, dan melestarikan budaya tersebut.
Indikator 48: Siswa dapat
mengidentifikasi keterkaitan budaya lokal dengan tradisi Islam di Indonesia
|
Jika
disitu terdapat Masyarakat pasti mempunyai budaya. Budaya Islam dapat bercampur
dengan budaya setempat dikarenakan pertama sifat masyarakatnya yang terbuka
terhadap budaya lain. Selain itu budaya lokal yang dimiliki selaras dengan
budaya Islam. Kedua budaya tersebut bercampur secara penuh mengahasilkan budaya
baru (asimilasi), maupun setengah-setengah tanpa meninggalkan budaya lokalnya
(akulturasi)
Indikator 49: Siswa dapat
mengidentifikasi contoh tradisi dan kesenian adat yang bercorak Islam
|
Tahlilan,
Sekaten, Grebek maulud, Tabut, Takbiran mauludan, Adat Basandi Syara, Syara Basandi
Kitabullah, Tari Saman, Kasidah, Wayang kulit, Ziarah kubur, dsb
Indikator 50: Siswa dapat
mengidentifikasi contoh atau bentuk tradisi Islam yang berkembang di
Indonesia
|
Contoh tradisi isl;am yang
berkembang di Indonesia ada maulud nabi, tari mesir, maulud nabi, hadroh,
memakai surbann, jubah, Alal bihalal, dsb
#google_responsive_slot_preview