This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Cari Blog Ini

Rabu, 02 Oktober 2019

PEDAGOGIK MODUL 1 KELOMPOK BELAJAR 2


Dalam penayang video tersebut menjelaskan tentang proses belajar mengajar di kelas. Pembelajaran dimulai dengan pendahuluan, kemudian kegiatan pembelajaran dan penutup atau kesimpulan. Dalam video tersebut mencoba menerangkan tentang hewan langka dan tidak langka yang terangkum dalam aneka ragam hewan dan tumbuhan. Kemudian kaitannya video di atas dengan materi yaitu:
1.      Pada tahap persiapan materi guru tersebut mencari referensi dari berbagai macam sumber yaitu dari internet, buku pelajaran. Tahap ini masuk dalam Interactive tools atau media peralatan interaktif.
2.      Ditahap persiapan pada nomor satu jga masuk ke  Interacting with others (berinteraksi dengan orang lain) karena guru  tersebut menggunaan media komputer berbasis internet yang bertujuan untuk memudahkan mencari sumber belajar dengan mudah dan cepat dimanapun dan kapanpun.
3.      Pada tahap persiapan guru juga memadukan dan memanfaatkan sumber yang berasal dari internet dan buku dipadukan dengan boneka peraga dan kertas asturo serta print out gambar-gambar hewan, hal ini menunjukkan tentang integrasi dan pemanfaatan teknologi dengan media pembelajaran.
4.      Dalam tahap berikutnya  guru tersebut mamanfaatkan Teknologi dan Media Informasi ke dalam Pembelajaran ini terlihat ketika:
a.       Penggunaan Interactive Instruction (Pembelajaran Interaktif) ditunjukkan oleh penayangan gambar-gambar binatang yang langka dan tidak langka  pada layar proyektor. Siswa-siswi bisa melihat gambar hewan yang selama ini mungkin jaraang bisa ditemui. Dengan penayangan tersebut siswa-siswi merasa antusias dalam pembelajaran.
b.      Pembelajaran tersebut juga memanfaatkan Personal Response System (PRS) pada saat menghidupkan layar proyektor dengan remot.
5.      Jika melihat tabel Standar Teknologi Pendidikan Nasional untuk Guru (National Educational Technology Standards for Teacher/NETS-T) yang memberikan lima pedoman dasar untuk menjadi guru digital maka guru di video tersebut sudah memenuhi kriteria.
standar
Deskripsi
Memfasilitasi dan Menginspirasi Pembelajaran dan Kreativitas Siswa.
Guru menggunakan pengetahuan mereka tentang materi pelajaran, pengajaran dan pembelajaran, dan teknologi untuk memfasilitasi pengalaman yang memajukan pembelajaran siswa, kreativitas, dan inovasi baik di lingkungan tatap muka dan virtual. Hal itu terdapat pada saat guru menanyakan kepada siswa tentang hewan langka dan tidak langka
Merancang dan Mengembangkan Pengalaman dan Penilaian Pembelajaran Digital-Age.
Guru merancang, mengembangkan, dan mengevaluasi pengalaman belajar otentik dan penilaian yang menggabungkan alat dan sumber daya kontemporer untuk memaksimalkan pembelajaran konten dalam kontak dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diidentifikasi dalam NETS-S. Hal ini ditunjukkan ketika guru merancang pembelajaran mulai dari pencarian gambar, sampai penilaian saat kelompok bekeja.
Model Kerja dan Belajar Digital-Age.
Guru menunjukkan pengetahuan, keterampilan, dan proses kerja yang mewakili profesional inovatif dalam masyarakat global dan digital. Hal ini ditunjukkan pada saat pembelajaran yaitu menggunakan proyektor, komputer dan kertas asturo ini menggambarkan tentang profesionalitas dalam mengajar dan inovatif dala pembelajaran.
Mempromosikan dan Model Digital Citizenship dan Tanggung Jawab
Guru memahami masalah dan tanggung jawab sosial lokal dan global dalam budaya digital yang berkembang dan menunjukkan perilaku hukum dan etika dalam praktik profesional mereka. Hal ini ditunjukkan pada saat guru memberikan nilai-nilai sosial tentang memperlakukan hewan-hewan yaitu dengan tidak membunuh seperti menembaki atau meracunnya.
Terlibat dalam Pertumbuhan Profesional dan Kepemimpinan.
Guru secara terus-menerus meningkatkan praktik profesional mereka, memodelkan pembelajaran seumur hidup, dan memamerkan para pemimpin dalam komunitas sekolah dan profesional mereka dengan mempromosikan dan mendemonstrasikan penggunaan alat-alat digital dan sumber daya secara efektif. Hal ini di lihat dengan keadaan siswa yang terkendali. Ini membuktikan bahwa guru dapat memimpin di dalam ruang kelas selain itu ditunjang dengan penggunaan teknologi dan media yang interaktif.






PERAN TEKNOLOGI DAN MEDIA PEMBELAJARAN ABAD 21


      A. Integrasi Teknologi dan Media ke dalam pembelajaran Abad ke 21
Peran teknologi dan media dalam abad 21 sekarang ini hal yang sangat perlu dan penting. Sebagai guru kita tidak bisa menerjang pergerakan zaman. Di Era digital yang serba maju dan canggih guru dituntut untuk selalu mengupgrade kemampuan bidang teknologi informasi  dan penggunaan media. Guru dituntut lebih inovatif dan kreatif demi tercapainya tujuan pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran. Dijelaskan oleh Smaldino, S. E., dkk (2015: 7-11) bahwa kegiatan pembelajaran di era digital dilakukan di dalam atau di luar kelas dimana teknologi berbasis komputer merupakan komponen pembelajaran yang mudah diakses dan dapat dipakai untuk menemukan sumber belajar. Perangkat dan koneksi digital memperluas kemampuan siswa yang datang dari berbagai arah. Menurutnya ada dua bentuk kegiatan belajar yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan media digital berbasis komputer diantaranya interactive tools (media peralatan interaktif) dan interacting with others (berinteraksi dengan orang lain). Berikut penjelasannya:
1.      Interactive tools
Interactive tools atau media peralatan interaktif. Peserta didik di era digital menggunakan perangkat nirkabel bergerak (internet) dengan berbagai cara di dalam dan di luar aturan sekolah yaitu dengan memanfaatkan teknologi dan media informasi internet kapanpun dan dimanapun saat diperlukan. Misalnya, siswa membaca menemukan sumber belajar melalui sambungan internet di perpustakaan.
2.      Interacting with others
Interacting with others (berinteraksi dengan orang lain). Penggunaan media komputer berbasis internet memudahkan siswa untuk mencari sumber belajar dengan mudah dan cepat dimanapun dan kapanpun. Misalnya ponsel pintar (android), tablet, dan laptop yang terhubung dengan saluran internet dapat digunakan untuk mengirim pesan berupa video, pesan suara, dan animasi.
      B. Pemanfaatan Teknologi dan Media Informasi ke dalam Pembelajaran Abad ke 21
Pemanfaatan Teknologi dan Media Informasi ke dalam Pembelajaran Abad ke 21 menurut Smaldino, S. E., dkk (2012:7-9) mengemukakan beberapa kemampuan yang dapat dikembangkan guru untuk menunjukkan potensinya terkait tugas dan perannya di era digital yaitu:
1.      Interactive Instruction (Pembelajaran Interaktif).
Pembelajaran ini menunjukkan bahwa kegiatan seorang guru di era digital berisi presentasi yang kaya akan media interaktif. Sebagai contoh kegiatan konferensi video digital secara langsung yang mendatangkan narasumber seorang sejarawan, novelis, dan pakar di dalam pembelajaran kelas.
2.      Personal Response System (PRS)
Flyn & Russell mengemukakan bahwa guru dalam pembelajaran berbasis digital menggunakan perangkat digital handlehand, seperti personal response system (PRS) atau biasa disebut sebagai “Clicker.” PRS merupakan sebuah keypad wireless (tanpa kabel) seperti remot TV yang mentransmisikan respon dari siswa.
3.      Mobile Assessment Tools
Weinstein mengemukakan sumber komputasi seluler (mobile computing resources) memungkinkan guru untuk merekam data assessmen siswa secara langsung dalam perangkat seluler (mobile device) yang mentransfer data ke komputer untuk membuat laporan.
4.      Community of Practice (Komunitas Praktik) Guru di era digital juga berpartisipasi dalam kegiatan community of practice (COP), dimana kelompok guru atau pendidik yang mempunyai tujuan sama dari seluruh penjuru dunia saling berbagi ide dan sumber daya.
Penggunaan teknologi dan media yang efektif menuntut agar para guru lebih terorganisir di dalam menjalankan tugas pembelajarannya. Diawali memikirkan tujuan pembelajaran, kemudian mengubah rutinitas kelas sehar-ihari sesuai kebutuhan, dan akhirnya mengevaluasi untuk menentukan dampak dari instruksi yang digunakan pada kemampuan mental, perasaan, nilai, interpersonal skill, dan keterampilan motoric siswa. Terdapat Standar Teknologi Pendidikan Nasional untuk Guru (National Educational Technology Standards for Teacher/NETS-T) yang memberikan lima pedoman dasar untuk menjadi guru digital. 






PEDAGOGIK MODUL 1 KELOMPOK BELAJAR 1


MENGHUBUNGKAN TAYANGAN VIDEO DENGAN MATERI

     A. Karakter Guru di Video
1.      Life-long learner. Pembelajar seumur hidup. Guru perlu meng-upgrade terus pengetahuannya dengan banyak membaca serta berdiskusi dengan pengajar lain atau bertanya pada para ahli. Tak pernah ada kata puas dengan pengetahuan yang ada, karena zaman terus berubah dan guru wajib up to date agar dapat mendampingi siswa berdasarkan kebutuhan mereka. Hal ini dapat dilihat ketika guru memberikan sebuah chanel konsultasi langsung dengan pekerja dilapangan tentang pembuatan jembatan.

2.      Kreatif dan inovatif. Siswa yang kreatif lahir dari guru yang kreatif dan inovatif. Guru diharap mampu memanfaatkan variasi sumber belajar untuk menyusun kegiatan di dalam kelas. Hal ini ditunjukkan dengan guru meberikan kebebasan kepada siswa untuk mengeksplor tentang berbagai model jembaan. Guru memberikan media yang sangat canggih yang mana teknologi yang dipakai belum tentu ada di setiap negara.

3.      Mengoptimalkan teknologi. Salah satu ciri dari model pembelajaran abad 21 adalah blended learninggabungan antara metode tatap muka tradisional dan penggunaan digital dan online media. Pada pembelajaran abad 21, teknologi bukan sesuatu yang sifatnya additional, bahkan wajib. Hal ini dapat diliha dari teknologi yang dipakai sudah sangat maju dan canggih.

4.      Reflektif. Guru yang reflektif adalah guru yang mampu menggunakan penilaian hasil belajar untuk meningkatkan kualitas mengajarnya. Guru yang reflektif mengetahui kapan strategi mengajarnya kurang optimal untuk membantu siswa mencapai keberhasilan belajar. Hal ini di buktikan dengan uji coba karya hasil siswa. Di tayangan video di atas terdapat kemahan dalam jembatan dan diperbaiki terus menerus sampai akhirnya jembatan tersebut lolos uji.

5.      Kolaboratif. Ini adalah salah satu keunikan pembelajaran abad 21. Guru dapat berkolaborasi dengan siswa dalam pembelajaran. Selalu ada mutual respect dan kehangatan sehingga pembelajaran akan lebih menyenangkan. Selain itu guru juga membangun kolaborasi dengan orang tua melalui komunikasi aktif dalam memantau perkembangan siswa. Ini dibuktikan dengan suasana keakraban dan nuansa kolaboratif dalam kelas.

6.      Menerapkan student centered. Ini adalah salah satu kunci dalam pembelajaran kelas kekinian. Dalam hal ini, siswa memiliki peran aktif dalam pembelajaran sehingga guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Karenanya, dalam kelas abad 21 metode ceramah tak lagi populer untuk diterapkan karena lebih banyak mengandalkan komunikasi satu arah antara guru dan siswa. Dalam tayangan video tersebut tergambarkan bahwa siswa yang aktif dalam menggali informasi demi mendapatkan hasil yang maksimal dalammenciptakan produk.

Dengan demikian, itu diera digital seperti Tipologi dan profil guruideal abad 21 dapat saya gambarkan, seperti:
a.       Kepribadian yang matang dan berkembang : guru dapat bertransformasi sesuaidengan perkembangan zaman.
b.      Kecakapan berkomunikasi : guru harus dapat mentranfer informasi kepadasiswa
c.       Kreativitas dan keingintahuan intelektual : guru dapat mendesain pembelajarandan media yang mendukung sekalipun sarana dna prasarana tidak memadai
d.      Berpikir kritis: berpikir berdasarkan fakta yang ada dan berusaha untuk memberikan penalaran yang masuk akal
e.       Kecakapan melek informasi dan media : guru harus mampu menganalisa,mengakses, mengelola, mengintegrasi informasi dalam berbagia bentuk danmedia.
f.       Kecakapan hubungan anatr pribadi dan kerja sama : guru juga harus dapatmenunjukkan kerja sama berkelompok dan kepemimpinan , berempati, danmenghormati perspektif yang berbeda.
B.     Karakter siswa pada Video
1.       Memiliki karakter sebagai pemikir, terampil berpikir inovatif yang ditandai dengan kecepatan beradaptasi, mampu memecahkan masalah yang kompleks, dan dapat mengarahkan diri sendiri. Cerdas, kreatif, dan berani ambil resiko. Memiliki kecakapan berpikir tinggi dan cepat memahami situasi. Karakter yang relevan dengan kerja otak ini meliputi prilaku berpikir yang selalu ingin tahu, berpikir terbuka, dan bersikap reflektif. Hal ini dapat kita lihat dalam video tersebut . siswa –siwi sangat aktif dalam belajar.
2.       Memiliki etos kerja yang tinggi sehingga produktif. Memiliki kemampuan untuk menentukan prioritas, mengembangkan perencanaan, dan memetakan hasil dicapai. Terampil menggunakan perangkat kerja yang terus berubah sehingga selalu meningkatkan keterampilan sejalan dengan perkembangan teknologi. Di samping itu, terampil mengembangkan kecakapan yang relevan dengan kebutuhan hidup, dan selalu menghasilkan mutu produk yang tinggi. Yang bertautan dengan ini adalah perilaku  hidup yang bersih dan sehat, disiplin, sportif, tidak kenal menyerah, tangguh, handal, berketetapan hati, kerja keras, dan kompetitif. Hal ini ditunjukkan dengan keingin tahuan siswa siswi dalaam menciptakan karya yang lulus uji dalaam pembuatan jembatan.
3.       Memiliki keterampilan berkomunikasi yang ditandai dengan kemampuan bekerja dalam tim yang bervariasi, berkolaborasi, dan cakap mengembangkan hubungan interpersonal sehingga selalu dapat menempatkan diri dalam interaksi yang harmonis. Memiliki kecakapan komunikasi personal, sosial, dan terampil mengejawantahkan tanggung jawab. Di video di atas menggambarkan kerja kelompok dalam pembuatan konstruksi sebuah jembaaan yang olos uji terhadap beban dan mereka berkreasi secara bebas berdiskusi bersama teman-teman kelompok tanpa ada yang pasif.
4.       Melek teknologi dan informasi sebagai pondasi pengembangan penguasaan ilmu pengetahuan, kecakapan mengelola uang, memiliki jiwa kewirausahaan sebagai landasan kecakapan bidang ekonomi dan melek teknologi. Kecakapan untuk memvisualisasikan informasi merupakan keterampilan yang semakin penting. Dan, yang tidak boleh diabaikan dengan dukungan teknologi siswa mengembangkan keterampilan multikultural, bekerja sama dan berkomunikasi dalam ruang lintas bangsa, serta terampil mengembangkan kesadaran global. Kita bisa melihat semua siswa mempunyai tab yang di gunakan dalam pembelajaran. Teknologi yang digunakan inipun sangat muthakir dengan peraga tiga dimensi menjadi karya yang sesungguhnya.

KARAKTER GURU DAN SISWA ABAD 21


A.     Pembelajaran Abad 21
Dalam pandangan paradigma positivistik masyarakat berkembang secara linier seiring dengan perkembangan peradaban manusia itu sendiri yang ditopang oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara berturut-turut masyarakat berkembang dari masyarakat primitif, masyarakat agraris, masyarakat industri, dan kemudian pada perkembangan lanjut menjadi masyarakat informasi.
Istilah industri 4.0 pertama kali diperkenalkan pada Hannover Fair 2011 yang ditandai revolusi digital. Revolusi industri gelombang keempat, yang juga disebut industri 4.0, kini telah tiba. Industry 4.0 adalah tren terbaru teknologi yang sedemikian rupa canggihnya, yang berpengaruh besar terhadap proses produksi pada sektor manufaktur. Teknologi canggih tersebut termasuk kecerdasan buatan (artificial intelligent), perdagangan elektronik, data raksasa, teknologi finansial, ekonomi berbagi, hingga penggunaan robot. Bob Gordon dari Universitas Northwestern, seperti dikutip Paul Krugman (2013), mencatat, sebelumnya telah terjadi tiga revolusi industri. Pertama, ditemukannya mesin uap dan kereta api (1750-1830). Kedua, penemuan listrik, alat komunikasi, kimia, dan minyak (1870- 1900). Ketiga, penemuan komputer, internet, dan telepon genggam (1960-sampai sekarang).
Indonesia yang merupakan bagian dari masyarakat global, juga berkembang sebagaimana alur linieristik tersebut, setidaknya dari sudut pandang pemerintah sejak era Orde Baru. Akan tetapi pada kenyataannya kondisi masyarakat Indonesia tidak sama dengan perkembangan pada masyarakat Barat yang pernah mengalami era pencerahan dan masyarakat industri. Perkembangan masyarakat Indonesia faktanya tidak secara linier, tetapi lebih berlangsung secara pararel. Artinya, ada masyarakat yang hingga fase perkembangannya sekarang masih menunjukkan masyarakat primitif, ada yang masih agraris, ada yang sudah menunjukkan karakter sebagai masyarakat industrial, dan bahkan ada yang memang sudah masuk dalam era digital
Menurut Manuel Castell kemunculan masyarakat informasional itu ditandai dengan lima karateristik dasar: Pertama, ada teknologi-teknologi yang bertindak berdasarkan informasi. Kedua, karena informasi adalah bagian dari seluruh kegiatan manusia, teknologi-teknologi itu mempunyai efek yang meresap. Ketiga, semua sistem yang menggunakan teknologi informasi didefinisikan oleh ‘logika jaringan’ yang memungkinkan mereka memengaruhi suatu varietas luas proses-proses dan organisasi-organisasi. Keempat, teknologi-teknologi baru sangat fleksibel, memungkinkan mereka beradaptasi dan berubah secara terus-menerus.
1.      Masyarakat Informasional di Indonesia
Pada fase masyarakat industrial fokus utama adalah bagaimana masyarakat dengan segenap penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi berusaha mengolah bahan baku yang disediakan oleh alam menjadi komoditas yang berpotensi meningkatkan kualitas hidup. Sekarang ini banyak yang sepakat bahwa masyarakat Indonesia mengalami transisi dari masyarakat offline menuju masyarakat online. Proses digitalisasi terjadi dalam berbagai aspek kehidupan manusia yang tentu saja berimplikasi terhadap perubahan nilai, cara pandang, dan pola-pola perilaku masyarakat. Di Indonesia, target menjadi masyarakat informasi diarahkan pada ukuran terhubungnya seluruh desa dalam jaringan teknologi komunikasi dan informasi pada tahun 2015. Determinasi teknologi ini harus diwujudkan dalam determinasi sosial, dimana masyarakat harus berdaya terhadap informasi. Ciri utama masyarakat informasi adalah bahwa semua aktivitas masyarakatnya berbasis pada pengetahuan. Oleh karena itu, dalam dunia di mana informasi dan pengetahuan terus beredar, pemerintah bercita-cita untuk membangun negara sebagai masyarakat yang berpengetahuan.
2.      Implikasinya terhadap Pendidikan
Perubahan peradapan menuju masyarakat berpengetahuan (knowledge society). menuntut masyarakat dunia untuk menguasai keterampilan abad 21 yaitu mampu memahami dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT Literacy Skills). Pendidikan memegang peranan sangat penting dan strategis dalam membangun masyarakat berpengetahuan yang memiliki keterampilan: (1) melek teknologi dan media; (2) melakukan komunikasi efektif; (3) berpikir kritis; (4) memecahkan masalah; dan (5) berkolaborasi.
Merespons perkembangan baru, yaitu era masyararakat informasional dan komunikasional yang ditandai oleh kehadiran media baru, pemerintah dalam pembangunan sektor pendidikan mengeluarkan kebijakan. Beberapa kebijakan Kementerian Pendidikan Indonesia yang berisi pemanfaatan ICT dalam pembelajaran sudah cukup lama hingga sekarang, termasuk penerapan Kurikulum 2013 juga mendorong proses pembelajaran berbasis ICT, sehingga penetrasi media baru (new media) dalam dunia pendidikan semakin intensif dan ekstensif. Terdapat kesepakatan umum bahwa Information and Communication Technologies (ICT) adalah baik untuk pengembangan dunia pendidikan. Bank Dunia mengarisbawahi bahwa para pendidik dan para pengambil keputusan sepakat bahwa ICT merupakan hal yang sangat penting bagi pengembangan masa depan pendidikan dalam era Melinium
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pemanfaatan TIK dalam pendidikan melalui Pendidikan Jarak Jauh bahwa “(1) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan, (2) Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler, (3) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam bentuk, modus dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan. Jadi sistem pendidikan jarak jauh telah menjadi suatu inovasi yang berarti dalam dunia pendidikan nasional. Sistem pendidikan jarak jauh yang dimulai dengan generasi pertama korespondensi (cetak), generasi kedua multimedia (Audio, VCD, DVD), generasi ketiga pembelajaran jarak jauh (telekonferensi/TVe), generasi keempat pembelajaran fleksibel (multimedia interaktif) dan generasi kelima e-Learning (web based course), akhirnya generasi keenam pembelajaran mobile (koneksi nirkabel/www). Seperti tercantum secara eksplisit dalam Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional 2005 – 2009, terlihat jelas bahwa TIK memainkan peran penting dalam menunjang tiga pilar kebijakan pendidikan nasional, yaitu:(1) perluasan dan pemerataan akses; (2) peningkatan mutu, relevansi dan daya saing; dan (3) penguatan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik pendidikan, untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, akuntabel, murah, merata dan terjangkau rakyat banyak. Dalam Renstra Depdiknas 2005 – 2009 dinyatakan peran strategis TIK untuk pilar pertama, yaitu perluasan dan pemerataan akses pendidikan, diprioritaskan sebagai media pembelajaran jarak jauh. Sedangkan untuk pilar kedua, peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, peran TIK diprioritaskan untuk penerapan dalam pendidikan/proses pembelajaran. Terakhir, untuk penguatan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik, peran TIK diprioritaskan untuk sistem informasi manajemen secara terintegrasi.
Dengan hadirnya ICT dunia pendidikan bisa membawa dampak positif apabila teknologi tersebut dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, tetapi bisa menjadi masalah baru apabila lembaga pendidikan tidak siap. Untuk itu, perlu dilakukan suatu kajian tentang dampak positif dan negatif dari pemanfataan Teknologi Komunikasi dan Informasi (ICT) sebagai media komunikasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Hasil penelitian Kurniawati et,al (2005) menunjukan bahwa pada umumnya pendapat guru dan siswa tentang manfaat ICT khususnya edukasi net antara lain : (1) Memudahkan guru dan siswa dalam mencari sumber belajar alternative; (2 ) Bagi siswa dapat memperjelas materi yang telah disampaikan oleh guru, karena disamping disertai gambar juga ada animasi menarik; (3) Cara belajar lebih efisien; (4) Wawasan bertambah; (5) Mengetahui dan mengikuti perkembangan materi dan info-info lain yang berhubungan dengan bidang studi; dan (5) Membantu siswa melek ICT (Pujiriyanto, 2012).
B.     Karakteristik guru abad 21
Perubahan karakter masyarakat secara fundamental sebagaimana terjadi dalam abad 21 tentu berimplikasi terhadap karakteristik guru. Dalam pandangan progresif, perubahan karakteristik masyarakat perlu diikuti oleh transformasi kultur guru dalam proses pembelajaran. Jadi jika sekarang masyarakat telah berubah ke masyarakat digital, maka guru juga segera perlu mentransformasikan diri, baik secara teknik maupun sosio-kultural. Oleh karena itu perlu mengidentifikasi, karakteristik guru seperti apa yang mampu mentransformasikan diri pada era digital pada abad 21 sekarang ini.
Kemampuan para guru untuk mendidik pada era pembelajaran digital perlu dipersiapkan dengan memperkuat pedagogi siber pada diri guru. Guru yang lebih banyak berperan sebagai fasilitator harus mampu memanfaatkan teknologi digital yang ada untuk mendesain pembelajaran kreatif yang memampukan siswa aktif dan berpikir kritis (Kompas, 9 April 2018, hal. 12).
Menurut Ketua Divisi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Smart Learning Center, Richardus Eko Indrajit mengatakan, guru harus mulai dibiasakan untuk merasakan pembelajaran digital yang terus berkembang. karakteristik guru dalam abad 21 antara lain: Pertama, guru disamping sebagai fasilitator, juga harus menjadi motivator dan inspirator.
Kemampuan guru dalam posisi sebagai fasilitator, ini berarti harus mengubah cara berpikir bahwa guru adalah pusat (teacher center) menjadi siswa adalah pusat (student center) sebagaimana dituntut dalam kurikulum 13. Kedua, salah satu prasyarat paling penting agar guru mampu mentrasformasikan diri dalam era pedagogi siber atau era digital, adalah tingginya minat baca. Selama ini berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa minat baca di kalangan guru di Indonesia masih rendah, dan bahkan kurang memiliki motivasi membeli atau mengoleksi buku. Ketiga, guru pada abad 21 harus memiliki kemampuan untuk menulis. Mempunyai minat baca tinggi saja belum cukup bagi guru, tetapi harus memiliki keterampilan untuk menulis. Guru juga dituntut untuk bisa menuangkan gagasangagasan inovatifnya dalam bentuk buku atau karya ilmiah. Keempat, guru abad 21 harus kreatif dan inovatif dalam mengembangkan metode belajar atau mencari pemecahan masalah-masalah belajar, sehingga meningkatkan kualitas pembelajaran berbasis TIK. Kelima, karakteristik guru abad 21 di tengah pesatnya perkembangan era teknologi digital, bagaimanapun harus mampu melakukan transformasi kultural. Karena itu transformasi mengandaikan terjadi proses pergantian dan perubahan dari sesuai yang dianggap lama menjadi sesuatu yang baru.
C.     Karakteristik siswa abad 21
Siswa jaman sekarang atau yang sedang populer disebut sebagai siswa zaman now, adalah berbeda dengan karakteristik siswa jaman dulu. Jika dahulu siswa praktis hanya memiliki peluang belajar pada lembaga sekolah, tetapi sekarang sumber belajar ada di mana-mana dan bahkan terbawa ke mana-mana. Melalui smartphone berbasis android misalnya, siswa jaman sekarang bisa dengan mudah belajar sesuai dengan yang diinginkan.
Jika ada pertanyaan keahlian apa yang diperlukan oleh siswa pada era abad 21? Menurut Bernie Trilling dan Charles Fadel (2009), dalam bukunya berjudul 21st Century Skills: Learning for Life in Our Times, mengidentifikasi ada beberapa kecakapan yang harus dimiliki oleh generasi abad 21 mencakup nilai dan perilaku seperti rasa keingintahuan tinggi, kepercayaan diri, dan keberanian.
Keterampilan dan kecakapan abad 21 mencakup tiga kategori utama, yaitu: 1. Keterampilan belajar dan inovasi: berpikir kritis dan pemecahan masalah dalam komunikasi dan kreativitas kolaboratif dan inovatif. 2. Keahlian literasi digital: literasi media baru dan literasi ICT. 3. Kecakapan hidup dan karir: memiliki kemamuan inisiatif yang fleksibel dan inisiatif adaptif, dan kecakapan diri secara sosial dalam interaksi antarbudaya, kecakapan kepemimpinan produktif dan akuntabel, serta bertanggungjawab.
Siswa abad 21 juga dituntut memiliki karakter kecakapan sosial dalam interaksi antarbudaya dan antarbangsa, karena dunia semakin mengglobal dan menjadi satu kesatuan. Jika ingin mengembangkan berbagai pengetahuan dan keterampilan, serta keahlian yang sesuai dengan minatnya, siswa bisa berbagi (sharing) dengan berbagai siswa di seluruh dunia.
Akhirnya, siswa pada abad 21 juga perlu memiliki kecakapan dalam bidang kepemimpinan produktif dan akuntabel. Artinya apa yang ditawarkan dalam bidang keahlian masing-masing harus benar-benar bisa dievaluasi secara fair, sehingga teruji. Ini enting untuk mencari kepercayaan dalam komunikasi antarbangsa antarkultur di dalam dunia virtual. Kehadiran media baru ini juga menghadirkan berbagai persoalan yang berkait dengan perilaku belajar siswa dan sikap guru terhadap maraknya pembelajaran digital ini. Sebut saja misalnya tentang sikap minimalis dan pragmatisme belajar siswa yang sangat fenomenal seperti ketergantungan pada google atau yahoo setiap kali menghadapi masalah atau pun penugasan dalam pembelajaran di kelas. Sikap guru pun masih variatif dalam menghadapi hadirnya media baru dan mediatisasi pembelajaran ini karena terkait kesenjangan keterampilan dan pengetahuan tentang media baru, yang masuk dalam generasi digital imigrant yang harus menghadapi murid yang masuk dalam kategori digital native. berbagai karakteristik yang dituntut dalam era digital, yang semuanya memang harus dilandasi oleh sikap keingintahuan tinggi dan kehendak untuk maju dan progresif. Di atas itu semua, dalam era digital dalam masyarakat jejaring sekarang ini adalah kemampuan belajar mandiri. Jadi siswa zaman now mau tidak mau harus memiliki kemampuan belajar mandiri, karena media baru telah menyediakan berbagai informasi yang begitu melimpah.

Senin, 09 September 2019

KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

Assalamualaikum Wr.Wb
Mas dan mbak silahkan Pelajari Materi berikut ini:
KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA 
Setelah mempelajari Jawablah pertanyaan berikut ini:
LATIAN SOAL SKI BAB 2 KLS 9
kita bahas di pertemuan minggu depan

Kamis, 01 Agustus 2019

ULANGAN HARIAN SKI kELAS 8

1. Ceritakan kembali proses berdirinya dinasti Abbasiyah sertakan juga kota-kota yang dijadikan gerakan bawah tanah oleh Abbasiyah!
2. Apa itu propaganda dan siapakah yang mempelopori propaganda Abbasiyah terhadap dinasti sebelumnya.?
3. Dinasti Umayyah dan dinasti Abbasiyah merupakan kerajaan Islam yang mana pemimpinnya di sebut sebagai kholifah.  Sebutkan kelebihan dan kekurangan dari sistem pemerintah tersebut!
4. Apakah sistem tersebut bagus untuk diterapkan di Indonesia?  Jelaskan!
5. Apa kesimpulanmu atau hikmah yang kmu ambil dari peristiwa runtuhnya Umayyah dan berdirinya Abbasiyah?  Sebutkan 5 saja!
 Dikerjakan di buku tulis masing-masing. Pertemuan berikutnya dikumpulkan.!

Minggu, 21 April 2019

TEORI HUBUNGAN/KORELASI DALAM PENELITIAN



ABSTRAK
TEORI HUBUNGAN/KORELASI DALAM PENELITIAN


Paper ini bertujuan untuk mendiskripsikan tentang teori hubungan atau dikenal dengan teori korelasi. Adapun yang menjadi latar belakang penulisan ini karena para peneliti masih belum begitu memahami tentang artinya, macamnya, sampai pada penggunaan teori tersebut.

Teori hubungan ini sebenarnya sangat bermanfaat sekali bagi penelitian jika para peneliti paham untuk memakainya. Metode korelasi dapat mengukur kuatnya hubungan antara dua peubah yang sifat hubungannya simetris atau timbal  balik Seperti metode korelasi; metode regresi sudah menjadi bagian integral dari setiap analisis data yang memperhatikan hubungan antara satu peubah tanggapan (response variable) dengan satu atau lebih peubah penjelas (explanatory variables). Istilah peubah tanggapan kadang-kadang juga disebut peubah terikat atau terikat (dependent variable), dan peubah penjelas disebut peubah penaksir (predictor variable) atau peubah bebas (independent variable). Penggunaan istilah ini biasanya disesuaikan dengan situasi peubah-peubah yang dipelajari hubungannya, dan juga selera penggunanya.

Jadi penggunaan metode ini dapat digunakan jika peneliti ingin mengetahui kekuatan hubungan dua variabel (atau lebih). Terdapat beberapa teknik analisis korelasi, diantaranya yang paling terkenal dan digunakan secara luas diseluruh dunia ialah teknik analisis korelasi Pearson dan Spearman. Hubungan dalam korelasi  dapat  berupa  hubungan linier  positif  dan  negatif.  Interpretasi  koefesien  korelasi    akan  menghasilkan makna kekuatan, signifikansi dan arah hubungan kedua variabel yang diteliti. Untuk melihat kekuatan koefisien korelasi didasarkan pada jarak yang berkisar antara 0 -1.  Untuk  melihat  signifikansi hubungan digunakan angka signifikansi / probabilitas / alpha. Untuk melihat arah korelasi dilihat dari angka koefisien korelasi yang menunjukkan positif atau negatif. Konsep-konsep korelasi dalam bagian ini akan dijadikan sebagai pijakan atau landasan teori dalam  menggunakan  teknik  korelasi  di  bagian-bagian  berikutnya.  Oleh  karena  itu,  pembaca perlu memahami konsep dasar korelasi sebelum menggunakannya.

Kata kunci : teori korelasi, metode penelitian



BAB I. PENDAHULUAN
Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada suatu masalah yang memerlukan solusi yang tepat. Dalam kehidupan selalu ada masalah, baik masalah pribadi, keluarga, masyarakat dan negara. Dari semua masalah tersebut, tidak semua masalah yang memerlukan solusi dalam bentuk kegiatan penelitian. Perbedaanya adalah pada kegiatan penyelesaian masalah. Selain masalah, komponen penting yang harus ada dalam penelitian adalah tujuan penelitian sehingga dapat ditentukan metode yang tepat untuk penyelesain masalah. Kegiatan penyelesaian masalah yang disebut penelitian dapat dilakukan secara sistematis dengan mengikuti metodologi, dikontrol, dan didasarkan teori yang ada serta diperkuat dengan gejala yang ada (Sukardi, 2004:3).

Secara umum, penelitian dapat dibedakan dari beberapa aspek, diantaranya aspek tujuan, aspek metode, aspek kajian.  Menurut Gay (dalam Sukardi, 2004:13) Aspek tujuan terdiri dari penelitian dasar dan lanjut. Aspek metode terdiri atas penelitian deskriptif, penelitian sejarah, penelitian survei, penelitian ex-postfakto, penelitian eksperimen, penelitian kuai eksperimen. Sedangkan, aspek kajian sesuai bidang garapan dapat dibagi menjadi dua, yaitu penelitian kependidikan dan penelitian nonkependidikan (Sukardi, 2004:13-16).

Masalah penelitian dapat dibagi dalam berbagai bidang diantaranya bidang pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, dan lain-lain. Secara umum metode penyelesaian masalah pada penelitian ada dua, yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif yang yang pengumpulan datanya berinteraksi langsung dengan objek penelitianya dan hasilnya  tidak diperoleh melalui prosedur statistik. Sedangkan metode kuantitatif, pengumpulan datanya melalui instrumen penelitian berupa populasi dan sampel serta hasilnya diperoleh melalui prosedur statistic. Salah satu peneltian yang penting dan bermanfaat dalam dunia penelitian adalah penelitian korelasional.
Dalam kehidupan sehari-hari pasti ada suatu hubungan yang terjadi. Misal “Seorang guru sebelum mengajar berdoa terlebih dahulu.”. artinya  Doa disitu apakah ada efek  dengan motivasi belajar siswa atau ada efek dengan prestasi siswa. Semua itu dapat dibuktikan dengan teori mencari kebenaran menggunakan teori korelasi. Korelasi digunakan untuk menyatakan suatu hubungan antara dua variabel atau lebih. Hasilnya nanti bisa dikatakan signifikan, sangat signifikan, atau tidak signifikan.  Dalam penyusunan paper ini penulis ingin mengenalkan kepada pembaca tentang teori hubungan atau teori korelasi.




















BAB II. PEMBAHASAN

1.       Teori Hubungan/Korelasional
Description: Hasil gambar untuk teori hubungan atau korelasi
Gambar 1. Korelasi Ganda
Sepanjang  sejarah  umat  manusia,  orang  melakukan  penelitian  mengenai  ada  dan tidaknya  hubungan  antara dua hal, fenomena, kejadian atau lainnya. Usaha-usaha untuk mengukur hubungan ini dikenal sebagai mengukur asosiasi antara dua fenomena atau kejadian yang menimbulkan rasa ingin tahu para peneliti. Dalam teori hubungan ini biasanya dikenal dengan teori korelasi. Adapun korelasi itupun berbeda dengan regresi. Pernyataan yang sering kita dengan adalah bahwa regresi dimengerti dengan kata kunci  pengaruh, dan korelasi dimengerti dengan kata kunci hubungan. Pengertian sederhana itu tidaklah salah, akan tetapi, tidak ada salahnya juga kita memahami secara lebih lanjut tentang regresi dan korelasi.

Analisis korelasi berkaitan erat dengan regresi, tetapi secara konsep berbeda dengan analisis regresi. Analisis korelasi adalah mengukur suatu tingkat atau kekuatan hubungan linear antara dua variabel. Koefisien korelasi adalah mengukur kekuatan hubungan linear. Sebagai contoh, kita tertarik untuk menemukan korelasi antara merokok dengan penyakit kanker, berdasarkan penjelasan statistik dan matematika, pada anak sekolah dan mahasiswa (dst). Dalam analisis regresi, kita tidak menggunakan pengukuran tersebut. Analisis regresi mencoba untuk mengestimasi atau memprediksikan nilai rata-rata suatu variabel yang sudah diketahui nilainya, berdasarkan suatu variabel lain yang juga sudah diketahui nilainya. Misalnya, kita ingin mengetahui apakah kita dapat memprediksikan nilai rata-rata ujian statistik berdasarkan nilai hasil ujian matematika.

Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel (Faenkel dan Wallen, 2008:328). Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian. Jenis penelitian ini biasanya melibatkan ukuran statistik/tingkat hubungan yang disebut dengan korelasi (Mc Millan dan Schumacher, dalam Syamsuddin dan Vismaia, 2009:25). Penelitian korelasional menggunakan instrumen untuk menentukan apakah, dan untuk tingkat apa, terdapat hubungan antara dua variabel atau lebih yang dapat dikuantitatifkan.

Menurut Gay dalam Sukardi (2004:166) penelitian korelasi merupakan salah satu bagian penelitian ex–post facto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi. Selanjutnya, Fraenkel dan Wallen (2008:329) menyebutkan penelitian korelasi ke dalam penelitian deskripsi karena penelitian tersebut merupakan usaha menggambarkan kondisi yang sudah terjadi. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menggambarkan kondisi sekarang dalam konteks kuantitatif yang direfleksikan dalam variabel.

Penelitian korelasional dilakukan dalam berbagai bidang diantaranya pendidikan, sosial, maupun ekonomi. Penelitian ini hanya terbatas pada panafsiran hubungan antarvariabel saja (Emzir, 2009:38). Menurut Sukardi (2004:166) penelitian korelasi mempunyai tiga karakteristik penting untuk para peneliti yang hendak menggunakannya. Tiga karakteristik tersebut adalah sebagai berikut.

Penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti dalam penelitian eksperimen. Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting (lingkungan) nyata. Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan.

Korelasi merupakan teknik analisis yang  termasuk dalam salah satu teknik pengukuran asosiasi / hubungan (measures of association). Pengukuran asosiasi   merupakan istilah  umum  yang  mengacu  pada  sekelompok  teknik  dalam  statistik  bivariat  yang  digunakan  untuk  mengukur  kekuatan  hubungan  antara  dua  variabel.  Diantara  sekian  banyak  teknik-teknik  pengukuran  asosiasi,  terdapat  dua  teknik  korelasi yang sangat populer sampai sekarang, yaitu Korelasi Pearson Product Moment dan Korelasi Rank Spearman. Selain kedua teknik tersebut, terdapat pula teknik-teknik korelasi lain, seperti Kendal, Chi-Square, Phi Coefficient, Goodman-Kruskal, Somer, dan Wilson.

Pengukuran  asosiasi  mengenakan  nilai  numerik  untuk  mengetahui  tingkatan  asosiasi  atau  kekuatan  hubungan  antara  variabel.  Dua  variabel  dikatakan  berasosiasi jika  perilaku  variabel  yang  satu  mempengaruhi  variabel  yang  lain.  Jika  tidak  terjadi pengaruh,  maka  kedua  variabel  tersebut  disebut independen. Korelasi  bermanfaat  untuk  mengukur  kekuatan  hubungan  antara  dua  variabel  (kadang  lebih  dari  dua  variabel) dengan  skala-skala  tertentu,  misalnya  Pearson  data  harus  berskala  interval  atau  rasio; 

Spearman dan Kendal menggunakan skala ordinal; Chi Square menggunakan data nominal. Kuat lemah hubungan  diukur  diantara  jarak  (range)  0  sampai  dengan  1.  Korelasi mempunyai  kemungkinan  pengujian  hipotesis  dua  arah  (two  tailed).  Korelasi  searah  jika  nilai  koefesien  korelasi  diketemukan  positif; sebaliknya  jika  nilai  koefesien  korelasi  negatif,  korelasi    disebut  tidak  searah.  Yang  dimaksud  dengan  koefesien  korelasi  ialah  suatu  pengukuran  statistik  kovariasi  atau  asosiasi  antara  dua  variabel.  Jika  koefesien  korelasi  diketemukan  tidak  sama  dengan  nol  (0),  maka terdapat ketergantungan antara dua  variabel  tersebut.  Jika    koefesien  korelasi  diketemukan  +1.  maka  hubungan tersebut  disebut  sebagai korelasi sempurna atau hubungan linear sempurna dengan kemiringan (slope) positif.Jika  koefesien korelasi diketemukan -1. maka hubungan tersebut disebut sebagai korelasi sempurna atau hubungan linear sempurna dengan kemiringan (slope) negatif.

Dalam korelasi sempurna tidak diperlukan lagi pengujian hipotesis, karena kedua variabel mempunyai hubungan linear yang sempurna.  Artinya  variabel  X  mempengaruhi  variabel  Y  secara  sempurna.  Jika  korelasi sama dengan nol (0), maka tidak terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut. Dalam korelasi sebenarnya tidak dikenal istilah variabel bebas dan variabel tergantung. Biasanya dalam  penghitungan digunakan simbol X untuk variabel pertama dan Y untuk variabel kedua. Dalam contoh hubungan antara variabel remunerasi dengan kepuasan kerja, maka variabel remunerasi merupakan variabel X dan kepuasan kerja merupakan variabel Y.
2.      Tujuan Penelitian Korelasional

Banyak analisis data bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dua atau lebih peubah. Bila hubungan demikian ini dapat dinyatakan dalam bentuk rumus matematik, maka kita akan dapat menggunakannya untuk keperluan identifikasi selanjutnya. Masalah identifikasi dapat dilakukan dengan menerapkan persamaan regresi dan menentukan korelasi (hubungan) data. Sekarang ini, istilah regresi ditetapkan pada semua jenis peramalan, dan tidak harus berimplikasi suatu regresi mendekati nilai tengah populasi. Sedangkan Teknik korelasi merupakan teknik analisis yang melihat kecenderungan pola dalam satu variabel berdasarkan kecenderungan pola dalam variabel yang lain. Maksudnya, ketika satu variabel memiliki kecenderungan untuk naik maka kita melihat kecenderungan dalam variabel yang lain apakah juga naik atau turun atau tidak menentu. Jika kecenderungan dalam satu variabel selalu diikuti oleh kecenderungan dalam variabel lain, kita dapat mengatakan  bahwa kedua variabel ini memiliki hubungan atau korelasi.

Tujuan penelitian korelasional menurut Suryabrata (dalam Abidin, 2010) adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi. Sedangkan menurut Gay dalam Emzir (2009:38) Tujuan penelitian korelasional adalah untuk menentukan hubungan antara variabel, atau untuk menggunakan hubungan tersebut untuk membuat prediksi.

Studi hubungan biasanya menyelidiki sejumlah variabel yang dipercaya berhubungan dengan suatu variabel mayor, seperti hasil belajar variabel yang ternyata tidak mempunyai hubungan yang tinggi dieliminasi dari perhatian selanjutnya. Misalkan saja sperti hubungan antara kecerdasan dengan kreativitas, tinggi badan dengan umur, semangat dengan pencapaian, nilai bahasa Inggris dengan nilai statistika, dan sebagainya. Tujuan dari penyelidikan korelasional adalah untuk mengungkapkan atau menetapkan suatu hubungan atau menggunakan hubungan-hubungan dalam membuat prediksi atau prakiraan.

Pada penelitian korelasional, para peneliti umumnya hanya mendasarkan pada penampilan variabel secara natural atau sebagaimana adanya, tanpa memanipulasi atau mengatur kondisi variabel tersebut. Oleh karena itu, peneliti sebaiknya mengetahui cukup banyak alasan yang kuat untuk mempertahankan hasil hubungan yang ditemukan dalam suatu penelitian.

Penelitian korelasi lebih tepat, bila dalam penelitian peneliti memfokuskan usahanya dalam memperoleh informasi yang bisa menerangkan adanya fenomena atau kejadian yang kompleks melalui hubungan antar variabel. Sehingga, peneliti juga mampu melakukan eksplorasi studi menggunakan teknik korelasi parsial, yang mana peneliti mengeliminasi salah satu pengaruh variabel supaya bisa dilihat hubungan dua variabel yang dianggap penting saja.

Dalam bidang pendidikan, studi korelasi umumnya digunakan guna melakukan penelitian terhadap sejumlah variabel yang diperkirakan memiliki peranan yang signifikan dalam mencapai proses pembelajaran. Sebagai contoh, misalnya mengenai pencapaian hasil belajar dengan motivasi internal, intensitas kehadiran mengikuti kuliah, belajar strategi, dan lain sebagainya.

Para peneliti akan tepat menggunakan penelitian korelasi saat peneliti memiliki beberapa alasan penting, di antaranya yaitu sebagai berikut.
a.       Adanya kebutuhan akan informasi bahwa ada hubungan antarvariabel yang mana koefisien korelasi dapat mencapainya.
b.      Penelitian korelasi harus memperhitungkan manfaatnya jika variabel yang muncul tersebut kompleks, dan peneliti tidak mungkin bisa melakukan kontrol dan memanipulasi variabel-variabel itu.
c.       Apabila dalam penelitian memungkinkan untuk melakukan pengukuran beberapa variabel dan hubungan yang ada dalam setting yang realistis. Dan alasan penting lain yaitu bahwa penelitian korelasi tepat dilakukan, bila salah satu tujuan penelitian adalah untuk mencapai formula prediksi, yaitu keadaan yang menunjukkan terdapatnya asumsi hubungan antar variabel.
Metode korelasional memungkinkan untuk para peneliti menganalisis hubungan antara sejumlah besar variabel  dalam suatu studi tunggal. Koefisien korelasi dapat memberikan ukuran tingkat dan arah hubungan. Penggunaan metode korelasional dapat ditujukan (1) untuk mengungkapkan hubungan antarvariabel dan (2) untuk memprediksi skor subjek pada suatu variabel melalui skor pada variabel lain.

Penelitian macam ini cocok dilakukan bila variabel-variabel yang diteliti rumit dan/atau tak dapat diteliti dengan metode eksperimental atau tak dapat dimanipulasi. Studi macam ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling hubungannya secara serentak dalam keadaan realistiknya. Output dari penelitian ini adalah taraf atau tinggi-rendahnya saling hubungan dan bukan ada atau tidak adanya saling hubungan tersebut. Dapat digunakan untuk meramalkan variabel tertentu berdasarkan variabel bebas. Penelitian korelasional juga mengandung kelebihan-kelebihan, antara lain: kemampuannya untuk menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara bersama-sama (simultan); dan Penelitian korelasional  juga dapat memberikan informasi tentang derajat (kekuatan) hubungan antara variabel-variabel yang diteliti.

3.       Macam Penelitian  Korelasional
 Di dalam teori korelasi terdapat beberapa macam bentuk korelasi diantaranya:
A.     Penelitian Hubungan
Penelitian hubungan, relasional, atau korelasi sederhana (seringkali hanya disebut korelasi saja) digunakan untuk menyelidiki hubungan antara hasil pengukuran terhadap dua variabel yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat atau derajat hubungan antara sepasang variabel (bivariat). Lebih lanjut, penelitian jenis ini seringkali menjadi bagian dari penelitian lain, yang dilakukan sebagai awal untuk proses penelitian lain yang kompleks. Misalnya, dalam penelitian korelasi multivariat yang meneliti hubungan beberapa variabel secara simultan pada umumnya selalu diawali dengan penelitian hubungan sederhana untuk melihat bagaimana masing-masing variabel tersebut berhubungan satu sama lain secara berpasangan.

Dalam penelitian korelasi sederhana ini hubungan antar variabel tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi. Nilai koofisien  korelasi merupakn suatu alat statistik yang digunakan untuk membantu peneliti dalam memahami tingkat hubungan tersebut. Nilai koefisien bervariasi dari -1,00 sampai +1,00 diperoleh dengan menggunakan teknik statistik tertentu sesuai dengan karakter dari data masing-masing variabel.

Pada dasarnya, desain penelitian hubungan ini cukup sederhana, yakni hanya dengan mengumpulkan skor dua variabel dari kelompok subjek yang sama dan kemudian menghitung koefisien korelasinya. Oleh karena itu, dalam melakukan penelitian ini, pertama-tama peneliti menentukan sepasang variabel yang akan diselidiki tingkat hubungannya. Pemilihan kedua variabel tersebut harus didasarkan pada teori, asumsi, hasil penelitian yang mendahului, atau pengalaman bahwa keduanya sangat mungkin berhubungan.

B.     Penelitian Prediktif
Dalam pelaksanaan di bidang pendidikan, banyak situasi yang menghendaki dilakukannya prediksi atau peramalan. Pada awal tahun ajaran baru, misalnya, setiap sekolah karena keterbatasan fasilitas, seringkali harus menyeleksi para pendaftar yang akan diterima menjadi calon siswa baru.

Penelitian korelasi jenis ini memfokuskan pada pengukuran terhadap satu variabel atau lebih yang dapat dipakai untuk memprediksi atau meramal kejadian di masa yang akan datang atau variabel lain (Borg & Gall dalam Abidin, 2010). Penelitian ini sebagaimana penelitian relasional, melibatkan penghitungan korelasi antara suatu pola tingkah laku yang kompleks, yakni variabel yang menjadi sasaran prediksi atau yang diramalkan kejadiannya (disebut kriteria), dan variabel lain yang diperkirakan berhubungan dengan kriteria, yakni variabel yang dipakai untuk memprediksi (disebut prediktor). Teknik yang digunakan untuk mengetahui tingkat prediksi antara kedua variabel tersebut adalah teknik analisis regresi yang menghasilkan nilai koefisien regresi, yang dilambangkan dengan R.

Perbedaan yang utama antara penelitian relasional dan penelitian jenis ini terletak pada asumsi yang mendasari hubungan antar variabel yang diteliti. Dalam penelitian relasional, peneliti berasumsi bahwa hubungan antara kedua variabel terjadi secara dua arah atau dengan kata lain, ia hanya ingin menyelidiki apakah kedua variabel mempunyai hubungan, tanpa mempunyai anggapan bahwa variabel yang muncul lebih awal dari yang lain. Oleh karena itu, kedua variabel biasanya diukur dalam waktu yang bersamaan. Sedang dalam penelitian prediktif, di samping ingin menyelidiki hubungan antara dua variabel, peneliti juga mempunyai anggapan bahwa salah satu variabel muncul lebih dahulu dari yang lain, atau hubungan satu arah. Oleh karena itu, tidak seperti penelitian relasional, kedua variabel diukur dalam waktu yang berurutan, yakni variabel prediktor diukur sebelum variabel kriteria terjadi, dan tidak dapat sebaliknya.

C.     Korelasi Multivariat
Teknik untuk mengukur dan menyelidiki tingkat hubungan antara kombinasi dari tiga variabel atau lebih disebut teknik korelasi multivariat. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan, dua diantaranya yang akan dibahas di sini adalah: regresi ganda atau multiple regresion dan korelasi kanonik.

Regresi ganda. Memprediksi suatu fenomena yang kompleks hanya dengan menggunakan satu faktor (variabel prediktor) seringkali hanya memberikan hasil yang kurang akurat. Dalam banyak hal, semakin banyak informasi yang diperoleh semakin akurat prediksi yang dapat dibuat (Mc Millan & Schumaker dalam Abidin, 2010), yakni dengan menggunakan kombinasi dua atau lebih variabel prediktor, prediksi terhadap variabel kriteria akan lebih akurat dibanding dengan hanya menggunakan masing-masing variabel prediktor secara sendiri-sendiri. Dengan demikian, penambahan jumlah prediktor akan meningkatkan akurasi prediksi kriteria.

Korelasi kanonik. Pada dasarnya teknik ini sama dengan regresi ganda, dimana beberapa variabel dikombinasikan untuk memprediksi variabel kriteria. Akan tetapi, tidak seperti regresi ganda yang hanya melibatkan satu variabel kriteria, korelasi kanonik melibatkan lebih dari satu variabel kriteria. Korelasi ini berguna untuk menjawab pertanyaan, bagaimana serangkaian variabel prediktor memprediksi serangkai variabel kriteria? Dengan demikian, korelasi kanonik ini dapat dianggap sebagai perluasan dari regresi ganda,dan sebaliknya, regresi berganda dapat dianggap sebagai bagian dari korelasi kanonik (Pedhazur dalam Abidin, 2010). Seringkali korelasi ini digunakan dalam penelitian eksplorasi yang bertujuan untuk meentukan apakah sejumlah variabel mempunyai hubungan satu sama lain yang serupa atau berbeda.

4.      Rancangan Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional mempunyai berbagai jenis rancangan. Shaughnessy dan Zechmeinter (dalam Emzir, 2009:48-51), yaitu:
A.     Korelasi Bivariat
Rancangan penelitian korelasi bivariat adalah suatu rancangan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan antara dua variabel diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan arah. Tingkat hubungan (bagaimana kuatnya hubungan) biasanya diungkapkan dalam angka antar -1,00 dan +1,00, yang dinamakan koefisien korelasi. Korelasi zero (0) mengindikasikan tidak ada hubungan. Koefisien korelasi yang bergerak ke arah -1,00 atau +1,00, merupakan korelasi sempurna pada kedua ekstrem (Emzir, 2009:48).

Arah hubungan diindikasikan olh simbol “-“ dan “+”. Suatu korelasi negatif berarti bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin rendah pula skor pada variabel lain atau sebaliknya. Korelasi positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain atau sebaliknya (Emzir, 2009:48).
B.     Regresi dan Prediksi
Jika terdapat korelasi antara dua variabel dan kita mengetahui skor pada salah satu variabel, skor pada variabel kedua dapat diprediksikan. Regresi merujuk pada seberapa baik kita dapat membuat prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik -1,00 maupun +1,00, prediksi kita dapat lebih baik.
C.     Regresi Jamak (Multiple Regresion)
Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan penambahan beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini memberikan lebih banyak kekuatan kepada kita untuk membuat prediksi yang akurat. Apa yang kita prediksikan disebut variabel kriteria (criterion variable). Apa yang kita gunakan untuk membuat prediksi, variabel-variabel yang sudah diketahui disebut variabel prediktor (predictor variables).

D.     Analisis Faktor
Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar variabel dikorelasikan dan terdapatnya antarkorelasi yang tinggi mengindikasikan suatu faktor penting yang umum.

E.      Rancangan korelasional yang digunakan untuk menarik kesimpulan kausal
Terdapat dua rancangan yang dapat digunakan untuk membuat pernyataan-pernyataan tentang sebab dan akibat menggunakan metode korelasional. Rancangan tersebut adalah rancangan analisis jalur (path analysis design) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel design).
Analisis jalur digunakan untuk menentukan mana dari sejumlah jalur yang menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya. Sedangkan desain panel lintas akhir mengukur dua variabel pada dua titik sekaligus.

F.      Analisis sistem (System Analysis)
Desain ini melibatkan penggunaan prosedur matematik yang kompleks/rumit untuk menentukan proses dinamik, seperti perubahan sepanjang waktu, jerat umpan balik serta unsur dan aliran hubungan.

5.      Desain Dasar Penelitian Korelasional
Desain korelasional dasar sangatlah sederhana; 2 atau lebih skor yang didapatkan dari setiap jumlah sampel yang dipilih, 1 skor untuk setiap variabel yang diteliti, dan skor berpasangan kemudian dikorelasikan. Koefisien korelasi yang diperoleh mengindikasikan tingkatan atau derajat hubungan antara kedua variabel tersebut. Penelitian yang berbeda menyelidiki sejumlah variabel, dan beberapa penggunaan prosedur statistik yang kompleks, namun desain dasar tetaplah sama dalam semua penelitian korelasional
Pada dasarnya penelitian korelasioanal melibatkan perhitungan korelasi antara variabel yang komplek (variabel kriteria) dengan variabel lain yang dianggap mempuyai hubungan (variabel prediktor). Langkah-langkah tesebut penelitian ini antara lain secara umum menurut Mc Milan dan Schumaker (2003), yaitu penentuan masalah, peninjauan masalah atau studi pustaka, pertanyaan penelitian atau hipotesis, rancangan penelitian dan metodologi penelitian,  pengumpulan data, dan analisis data, simpulan.
A.     Penentuan masalah
Dewey (dalam Syamsuddin dan Vismaia, 2009:42) menyatakan masalah dalam penelitian merupakan kesenjangan antara yang diharapkan dengan kenyataan yang ada atau sesuatu yang dijadikan target yang telah ditetapkan oleh peneliti, tetapi target tersebut tidak tercapai. Disetiap penelitian langkah awal yang harus dilakukan peneliti adalah menentukan masalah penelitian yang akan menjadi fokus studinya. Ciri-ciri permasalahan yang layak diteliti adalah yang dapat diteliti (researchable), mempunyai kontribusi atau kebermanafaatan bagi banyak pihak, dapat didukung oleh data empiris serta sesuai kemampuan dan keinginan peneliti (Sukardi, 2004:27-28). Dalam penelitian korelasional, masalah yang dipilih harus mempunyai nilai yang berarti dalam pola perilaku fenomena yang kompleks yang memerlukan pemahaman. Disamping itu, variabel yang dimasukkan dalam penelitian harus didasarkan pada pertimbangan, baik secara teoritis maupun nalar, bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan tertentu. Hal ini biasanya dapat diperoleh berdasarkan hasil penelitian sebelumnya.

B.     Peninjauan Masalah atau Studi Kepustakaan
Setelah penentuan masalah, kegiatan penelitian yang penting adalah studi kepustakaan yang menjadi dasar pijakan untuk memperoleh landasan teori, kerangka pikir dan penentuan dugaan sementara sehingga peneliti dapat mengerti, mengalokasikan, mengorganisasikan, dan menggunakan variasi pustaka dalam bidangnya. Macam-macam sumber untuk memperoleh  teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti adalah dari jurnal, laporan hasil penelitian, majalah ilmiah, surat kabar, buku yang relevan, hasil-hasil seminar, artikel ilmiah dan narasumber.

C.     Rancangan penelitian atau Metodologi  Penelitian
Pada tahap ini peneliti menentukan subjek penelitian yang akan dipilih dan menentukan cara pengolahan datanya. Subyek yang dilibatkan dalam penelitian ini harus dapat diukur dalam variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian. Subyek tersebut harus relatif homogen dalam faktor-faktor di luar variabel yang diteliti yang mungkin dapat mempengaruhi variabel terikat. Bila subyek yang dilibatkan mempunyai perbedaan yang berarti dalam faktor-faktor tersebut, korelasi antar variabel yang diteliti menjadi kabur. Untuk mengurangi heterogenitas tersebut, peneliti dapat mengklasifikasikan subyek menjadi beberapa kelompok berdasarkan tingkat faktor tertentu kemudian menguji hubungan antar variabel penelitian untuk masing-masing kelompok.

D.     Pengumpulan data
Berbagai jenis instrumen dapat digunakan untuk mengukur dan mengumpulkan data masing-masing variabel, seperti angket, tes, pedoman interview dan pedoman observasi, tentunya disesuaikan dengan kebutuhan. Data yang dikumpulkan dengan instrumen-instrumen tersebut harus dalam bentuk angka. Dalam penelitian korelasional, pengukuran variabel dapat dilakukan dalam waktu yang relatif sama. Sedang dalam penelitian prediktif, variabel prediktor harus diukur selang beberapa waktu sebelum variabel kriteria terjadi. Jika tidak demikian, maka prediksi terhadap kriteria tersebut tidak ada  artinya.

E.       Analisis data
Pada dasarnya, analisis dalam penelitian korelasional dilakukan dengan cara mengkorelasikan hasil pengukuran suatu variabel dengan hasil pengukuran variabel lain. Dalam penelitian korelasional, teknik korelasi bivariat, sesuai dengan jenis datanya, digunakan untuk menghitung tingkat hubungan antara variabel yang satu dengan yang lain. Sedang dalam penelitian prediktif, teknik yang digunakan adalah analisis regresi untuk mengetahui tingkat kemampuan prediktif variabel prediktor terhadap variabel kriteria. Namun demikian, dapat pula digunakan analisis korelasi biasa bila hanya melibatkan dua variabel. Bila melibatkan lebih dari dua variabel, misalnya untuk menentukan apakah dua variabel prediktor atau lebih dapat digunakan untuk memprediksi variabel kriteria lebih baik dari bila digunakan secara sendiri-sendiri, teknik analisis regresi ganda, multiple regresion atau analisis kanonik dapat digunakan. Hasil analisis tersebut biasanya dilaporkan dalam bentuk nilai koefisien korelasi atau koefisien regresi serta tingkat signifikansinya, disamping proporsi variansi yang disumbangkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Interpretasi data pada penelitian korelasional adalah bila dua variabel hubungkan maka akan menghasil koefisen korelasi dengan simbol (r). Hubungan variabel tersebut dinyatakan dengan nilai dari -1 samapai +1.  Nilai (-) menunjukan korelasi negatif yang variabelnya saling bertolak belakang dan nilai (+) menunjukkan korelasi positif yang variabelnya saling mendekati ke arah yang sama (Syamsudin dan Vismaia, 2009:25).

F.      Simpulan
Berisi tentang hasil analisis deskripsi dan pembahasan tentang hal yang diteliti dengan menggunakan mudah dipahami pembaca secara ringkas.
6.      Karakteristik Korelasi
Korelasi mempunyai karakteristik-karakteristik diantaranya:
a)      Kisaran Korelasi.
Kisaran  (range)  korelasi  mulai  dari  0  sampai  dengan  1.  Korelasi  dapat  positif    dan  dapat  pula  negatif.
b)      Korelasi Sama.
Dengan NolKorelasi  sama  dengan  0  mempunyai  arti  tidak  ada  hubungan  antara  dua  variabel.  Jika  dilihat  dari  sebaran data, maka gambarnya akan seperti terlihat di bawah ini:
c)      Korelasi Sama.
Dengan Satu Korelasi  sama  dengan  +  1  artinya  kedua  variabel  mempunyai  hubungan  linier  sempurna  (membentuk garis lurus) positif. Korelasi sempurna seperti ini mempunyai makna jika nilai X naik, makaY juga naik.Korelasi sama dengan -1 artinya kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna (membentuk garis lurus) negatif. Korelasi sempurna seperti ini mempunyai makna jika nilai X naik,  maka  Y  turun (dan sebaliknya)
7.      Koefesien Korelasi
Koefesien  korelasi  ialah  pengukuran  statistik  kovarian  atau  asosiasi  antara  dua  variabel.  Besarnya  koefesien  korelasi  berkisar  antara  +1  s/d  -1.  Koefesien  korelasi  menunjukkan  kekuatan  (strength)  hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak. Jika koefesien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi  pula.  Sebaliknya,  jika  koefesien  korelasi  negatif,  maka  kedua  variabel  mempunyai  hubungan  terbalik.  Artinya  jika  nilai  variabel  X  tinggi,  maka  nilai  variabel  Y  akan  menjadi  rendah  (dan sebaliknya). Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel penulis memberikan kriteria sebagai berikut (Sarwono:2006):
a.       0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel
b.      >0 – 0,25: Korelasi sangat lemah
c.       >0,25 – 0,5: Korelasi cukup
d.      >0,5 – 0,75: Korelasi  kuat
e.       >0,75 – 0,99: Korelasi  sangat kuat
f.       1: Korelasi sempurna

8.      Signifikansi
Dalam  bahasa  Inggris  umum,  kata, "significant" mempunyai makna penting;  sedang  dalam  pengertian  statistik  kata  tersebut  mempunyai  makna  “benar”  tidak  didasarkan  secara kebetulan. Hasil riset dapat benar tapi tidak penting. Signifikansi / probabilitas / a memberikan gambaran mengenai bagaimana  hasil  riset  itu  mempunyai  kesempatan  untuk  benar.  Jika  kita  memilih  signifikansi sebesar 0,01, maka artinya kita menentukan hasil riset nanti mempunyai kesempatan untuk benar sebesar 99% dan untuk salah sebesar 1%. 4Secara  umum  kita  menggunakan  angka  signifikansi  sebesar  0,01;  0,05  dan  0,1. 
Pertimbangan  penggunaan angka tersebut didasarkan pada tingkat kepercayaan (confidence interval) yang diinginkan oleh  peneliti. Angka  signifikansi  sebesar  0,01  mempunyai  pengertian  bahwa  tingkat  kepercayaan  atau  bahasa  umumnya  keinginan  kita  untuk  memperoleh  kebenaran  dalam  riset  kita  adalah  sebesar  99%.  Jika  angka  signifikansi  sebesar  0,05,  maka  tingkat  kepercayaan  adalah  sebesar  95%.  Jika  angka  signifikansi sebesar 0,1, maka tingkat kepercayaan adalah sebesar 90%.
Pertimbangan lain ialah menyangkut jumlah data (sample) yang akan digunakan dalam riset. Semakin kecil  angka  signifikansi,  maka  ukuran  sample  akan  semakin  besar.  Sebaliknya  semakin  besar  angka  signifikansi, maka ukuran sample akan semakin kecil. Unutuk memperoleh  angka  signifikansi  yang  baik,  biasanya  diperlukan  ukuran  sample  yang  besar.  Sebaliknya  jika  ukuran  sample  semakin  kecil,  maka kemungkinan munculnya kesalahan semakin ada.Untuk pengujian dalam SPSS digunakan kriteria sebagai berikut:
                           i.            Jika angka signifikansi hasil riset < 0,05, maka hubungan kedua variabel signifikan.
                         ii.            Jika angka signifikansi hasil riset > 0,05, maka hubungan kedua variabel tidak signifikan
9.         Interpretasi Korelasi
Ada tiga penafsiran hasil analisis korelasi, meliputi: pertama, melihat kekuatan hubungan dua variabel; kedua, melihat signifikansi hubungan; dan ketiga, melihat arah hubungan.Untuk melakukan interpretasi kekuatan hubungan antara dua variabel dilakukan dengan melihat angka koefesien korelasi hasil perhitungan dengan menggunakan kriteria sbb:
a)      Jika angka koefesien korelasi menunjukkan 0, maka kedua variabel tidak mempunyai hubungan.
b)      Jika    angka  koefesien  korelasi  mendekati  1,  maka  kedua  variabel  mempunyai  hubungan  semakin  kuat
c)      Jika  angka koefesien korelasi mendekati 0, maka kedua variabel mempunyai hubungan semakin lemah
d)     Jika angka koefesien korelasi sama dengan 1, maka kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna positif.
e)      Jika angka koefesien korelasi sama dengan -1, maka kedua variabel mempunyai hubungan  linier  sempurna negatif.
Interpretasi berikutnya melihat signifikansi hubungan dua variabel dengan didasarkan pada angka signifikansi yang dihasilkan dari penghitungan dengan ketentuan sebagaimana sudah dibahas di atas. Interpretasi ini akan membuktikan apakah hubungan kedua variabel tersebut signifikan atau tidak. Interpretasi  ketiga  melihat  arah  korelasi.  Dalam  korelasi  ada  dua  arah  korelasi,  yaitu  searah  dan  tidak  searah. Pada SPSS hal ini ditandai dengan pesan two tailed. 
Arah korelasi dilihat dari angka koefesien korelasi. Jika koefesien korelasi positif, maka hubungan kedua variabel searah. Searah artinya jika variabel X nilainya tinggi, maka variabel Y juga tinggi. Jika koefesien korelasi negatif, maka hubungan kedua variabel tidak searah. Tidak searah artinya jika variabel X nilainya tinggi, maka variabel Y akan rendah.Dalam kasus, misalnya hubungan antara kepuasan kerja dan komitmen terhadap organisasi sebesar 0,86 dengan  angka  signifikansi  sebesar  0  akan  mempunyai  makna  bahwa  hubungan  antara    variabel  kepuasan kerja dan komitmen terhadap organisasi sangat kuat, signifikan dan searah. Sebaliknya dalam kasus  hubungan  antara  variabel  mangkir  kerja  dengan  produktivitas  sebesar  -0,86,  dengan  angka  signifikansi sebesar 0;  maka hubungan kedua variabel sangat kuat, signifikan dan tidak searah.
10.  Koefesien Determinasi
Koefesien  diterminasi  dengan  simbol  r2  merupakan  proporsi  variabilitas  dalam  suatu  data  yang  dihitung didasarkan pada model statistik. Definisi berikutnya menyebutkan bahwa r2 merupakan rasio variabilitas nilai-nilai yang dibuat model dengan variabilitas nilai data asli. Secara umum r2 digunakan sebagai  informasi  mengenai  kecocokan    suatu  model.    Dalam  regresi  r2  ini  dijadikan  sebagai  pengukuran  seberapa  baik  garis  regresi  mendekati  nilai  data  asli  yang  dibuat  model.  Jika  r2  sama  dengan 1, maka angka tersebut menunjukkan garis regresi cocok dengan data secara sempurna.Interpretasi lain ialah bahwa r2 diartikan sebagai proporsi variasi tanggapan yang diterangkan oleh regresor (variabel bebas / X) dalam model. Dengan demikian, jika r2 = 1 akan mempunyai arti bahwa model yang sesuai menerangkan semua variabilitas dalam variabel Y. jika r2 = 0 akan mempunyai arti bahwa tidak ada hubungan antara regresor (X) dengan variabel Y. Dalam kasus misalnya jika r2 = 0,8 mempunyai arti bahwa sebesar 80% variasi dari variabel Y (variabel tergantung / response) dapat diterangkan dengan variabel X (variabel bebas / explanatory); sedang sisanya 0,2 dipengaruhi oleh variabel-variabel yang  tidak  diketahui  atau  variabilitas  yang  inheren.  (Rumus  untuk  menghitung  koefesien determinasi (KD) adalah KD = r2 x 100%) Variabilitas mempunyai makna penyebaran / distribusi seperangkat nilai-nilai  tertentu. Dengan menggunakan bahasa umum, pengaruh variabel  X  terhadap Y adalah sebesar 80%; sedang sisanya 20% dipengaruhi oleh faktor lain. Dalam  hubungannya  dengan  korelasi,  maka    r2    merupakan  kuadrat  dari  koefesien  korelasi  yang  berkaitan dengan variabel bebas (X) dan variabel Y (tergantung). Secara umum dikatakan bahwa r2  merupakan  kuadrat  korelasi  antara  variabel  yang  digunakan  sebagai  predictor  (X)  dan  variabel  yang  memberikan  response  (Y).  Dengan  menggunakan  bahasa  sederhana  r2    merupakan  koefesien  korelasi  yang  dikuadratkan.  Oleh  karena  itu,  penggunaan  koefesien  determinasi  dalam  korelasi  tidak  harus  diinterpretasikan  sebagai  besarnya  pengaruh  variabel  X  terhadap  Y  mengingat  bahwa  korelasi  tidak  sama  dengan  kausalitas.  Secara  bebas  dikatakan  dua  variabel  mempunyai  hubungan  belum  tentu  variabel satu  mempengaruhi  variabel  lainnya.  Lebih  lanjut  dalam  konteks  korelasi  antara  dua  variabel  maka pengaruh variabel X terhadap Y tidak nampak. Kemungkinannya hanya korelasi merupakan penanda awal bahwa variabel X mungkin berpengaruh terhadap Y. Sedang bagaimana  pengaruh  itu  terjadi dan ada atau tidak kita akan mengalami kesulitan untuk membuktikannya. Hanya menggunakan angka r2 kita tidak akan dapat membuktikan bahwa variabel X mempengaruhi Y.Dengan   demikian   jika   kita   menggunakan   korelasi   sebaiknya   jangan   menggunakan   koefesien   determinasi  untuk  melihat  pengaruh  X  terhadap  Y  karena  korelasi  hanya  menunjukkan  adanya  hubungan antara variabel X dan Y. Jika tujuan riset hanya untuk mengukur hubungan maka sebaiknya berhenti saja di angka koefisien korelasi. Sedang jika kita ingin mengukur besarnya pengaruh variabel X terhadap Y sebaiknya menggunakan rumus lain, seperti regresi atau analisis jalur.
11.  Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional mengandung kelebihan-kelebihan, antara lain: kemampuannya untuk menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara bersama-sama (simultan);  dan Penelitian korelasional juga dapat memberikan informasi tentang derajat (kekuatan) hubungan antara variabel-variabel yang diteliti (Abidin, 2010). Selanjutnya, Sukardi menambahkan kelebihan penelitian ini adalah penelitian ini berguna untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan, ekonomi, sosial. Dengan penelitian ini juga memungkinkan untuk menyelidiki beberapa variabel untuk diselidiki secara intensif dan penelitian ini dapat melakukan analisis prediksi tanpa memerlukan sampel yang besar.
Sedangkan, kelemahan penelitian korelasional, antara lain: Hasilnya cuma mengidentifikasi apa sejalan dengan apa, tidak mesti menunjukkan saling hubungan yang bersifat kausal; Jika dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian korelasional itu kurang tertib- ketat, karena kurang melakukan kontrol terhadap variabel-variabel bebas; Pola saling hubungan itu sering tak menentu dan kabur; ering merangsang penggunaannya sebagai semacam short-gun approach, yaitu memasukkan berbagai data tanpa pilih-pilih dan menggunakan setiap interpretasi yang berguna atau bermakna. (Abidin, 2010). Kelemahan-kelemahan lain dari penelitian korelasional antara lain:
a.       Hasilnya cuma mengidentifikasi apa sejalan dengan apa, tidak mesti menunjukkan saling hubungan yang bersifat kausal;
b.      Jika dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian korelasional itu kurang tertib- ketat, karena kurang melakukan kontrol terhadap variabel-variabel bebas;
c.       Pola saling hubungan itu sering tak menentu dan kabur;
d.      Sering merangsang penggunaannya sebagai semacam short-gun approach, yaitu memasukkan berbagai data tanpa pilih-pilih dan menggunakan setiap interpretasi yang berguna atau bermakna.
Terkadang juga kesalahan-kesalahan yang ditimbulkan oleh peneliti itu sendiri seperti :
a.       Peneliti berasumsi bahwa korelasi merupakan bukti sebab akibat
b.      Peneliti bertumpu pada pendekatan sekali tembak (shotgun approach)
c.       Peneliti memilih statistik yang tidak tepat
d.      Peneliti menggunakan analisis bivariat ketika multivariat yang lebih tepat
e.       Peneliti tidak melakukan studi validitas silang
f.       eneliti menggunakan analisis jalur atau LISER tanpa peninjauan asumsi-asumsi (teori)
g.       Peneliti gagal menentukan suatu variabel kausal penting dalam perencanaan suatu analisis jalur
h.      Peneliti salah tafsir terhadap signifikansi praktis atau statistik dalam suatu studi.






















BAB III. KESIMPULAN

Korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel (Faenkel dan Wallen, 2008:328). Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian.

Tujuan penelitian korelasional menurut Suryabrata (dalam Abidin, 2010) adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi.

Penelitian korelasional mengandung kelebihan-kelebihan, antara lain: kemampuannya untuk menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara bersama-sama (simultan) (Abidin, 2010). Selanjutnya, Sukardi menambahkan kelebihan penelitian ini adalah penelitian ini berguna untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan, ekonomi, sosial.

Sedangkan, kelemahan penelitian korelasional, antara lain: Hasilnya cuma mengidentifikasi apa sejalan dengan apa, tidak mesti menunjukkan saling hubungan yang bersifat kausal; Jika dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian korelasional itu kurang tertib- ketat, karena kurang melakukan kontrol terhadap variabel-variabel bebas.

Teknik  analisis  korelasi  ini merupakan  bagian  dari  teknik  pengukuran  asosiasi  (measure  of  association) yang berguna untuk mengukur kekuatan hubungan dua variabel (atau lebih). Terdapat beberapa teknik analisis korelasi, diantaranya yang paling terkenal dan digunakan secara luas diseluruh dunia ialah teknik analisis korelasi Pearson dan Spearman. Korelasi merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan dua variabel. Korelasi tidak secara otomatis menunjukkan hubungan kausalitas antar variabel.
Hubungan dalam korelasi  dapat  berupa  hubungan linier  positif  dan  negatif.  Interpretasi  koefesien  korelasi    akan  menghasilkan makna kekuatan, signifikansi dan arah hubungan kedua variabel yang diteliti. Untuk melihat kekuatan koefisien korelasi didasarkan pada jarak yang berkisar antara 0 -1.  Untuk  melihat  signifikansi hubungan digunakan angka signifikansi / probabilitas / alpha. Untuk melihat arah korelasi dilihat dari angka koefisien korelasi yang menunjukkan positif atau negatif. Konsep-konsep korelasi dalam bagian ini akan dijadikan sebagai pijakan atau landasan teori dalam  menggunakan  teknik  korelasi  di  bagian-bagian  berikutnya.  Oleh  karena  itu,  pembaca perlu memahami konsep dasar korelasi sebelum menggunakannya.
































BAB IV. DAFTAR PUSTAKA

Atmodjo, J. Tri. 2005. Modul Penelitian Korelasi (artikel). Jakarta: Fikom Universitas Mercubuana Jakarta

Emzir. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Pergoda.

Abidin, Muhammad Zainal. 2008. Penelitian Korelasional. (artikel). Dalam http://www.Muhammad Zainal Abidin Personal Blog.htm. di akses tanggal 25 September 2017.

Fraenkel, J.R dan Wellen, N.E. 2008. How to Design and Evaluate research in Education. New York: McGraw-Hill.

McMilan, J dan Schumacher, S. 2003. Research in Education. New York: Longman.

Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra edisi ketiga. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Ruseffendi. 1993. Statistika untuk Penelitian Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Perguruan Tinggi.

Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


http://www.jonathansarwono.info/korelasi/korelasi.pdf di akses tanggal 20 September 2017.