ABSTRAK
TEORI HUBUNGAN/KORELASI
DALAM PENELITIAN
Paper ini bertujuan untuk mendiskripsikan tentang teori hubungan atau dikenal
dengan teori korelasi. Adapun yang menjadi latar belakang penulisan ini karena para peneliti masih belum begitu memahami tentang
artinya, macamnya, sampai pada penggunaan teori tersebut.
Teori hubungan ini sebenarnya sangat bermanfaat sekali bagi penelitian
jika para peneliti paham untuk memakainya. Metode korelasi dapat mengukur
kuatnya hubungan antara dua peubah yang sifat hubungannya simetris atau
timbal balik Seperti metode korelasi;
metode regresi sudah menjadi bagian integral dari setiap analisis data yang
memperhatikan hubungan antara satu peubah tanggapan (response variable) dengan
satu atau lebih peubah penjelas (explanatory variables). Istilah peubah
tanggapan kadang-kadang juga disebut peubah terikat atau terikat (dependent
variable), dan peubah penjelas disebut peubah penaksir (predictor variable)
atau peubah bebas (independent variable). Penggunaan istilah ini biasanya
disesuaikan dengan situasi peubah-peubah yang dipelajari hubungannya, dan juga
selera penggunanya.
Jadi penggunaan metode ini dapat digunakan jika peneliti ingin mengetahui
kekuatan hubungan dua variabel (atau lebih). Terdapat beberapa teknik
analisis korelasi, diantaranya yang paling terkenal dan digunakan secara luas
diseluruh dunia ialah teknik analisis korelasi Pearson dan Spearman. Hubungan
dalam korelasi dapat berupa
hubungan linier positif dan
negatif. Interpretasi koefesien
korelasi akan menghasilkan makna kekuatan, signifikansi dan
arah hubungan kedua variabel yang diteliti. Untuk melihat kekuatan koefisien
korelasi didasarkan pada jarak yang berkisar antara 0 -1. Untuk
melihat signifikansi hubungan
digunakan angka signifikansi / probabilitas / alpha. Untuk melihat arah
korelasi dilihat dari angka koefisien korelasi yang menunjukkan positif atau
negatif. Konsep-konsep korelasi dalam bagian ini akan dijadikan sebagai pijakan
atau landasan teori dalam menggunakan teknik
korelasi di bagian-bagian
berikutnya. Oleh karena
itu, pembaca perlu memahami
konsep dasar korelasi sebelum menggunakannya.
Kata
kunci : teori korelasi, metode penelitian
BAB I. PENDAHULUAN
Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada
suatu masalah yang memerlukan solusi yang tepat. Dalam kehidupan selalu ada
masalah, baik masalah pribadi, keluarga, masyarakat dan negara. Dari semua
masalah tersebut, tidak semua masalah yang memerlukan solusi dalam bentuk
kegiatan penelitian. Perbedaanya adalah pada kegiatan penyelesaian masalah.
Selain masalah, komponen penting yang harus ada dalam penelitian adalah tujuan
penelitian sehingga dapat ditentukan metode yang tepat untuk penyelesain
masalah. Kegiatan penyelesaian masalah yang disebut penelitian dapat dilakukan
secara sistematis dengan mengikuti metodologi, dikontrol, dan didasarkan teori
yang ada serta diperkuat dengan gejala yang ada (Sukardi, 2004:3).
Secara umum, penelitian dapat dibedakan dari beberapa
aspek, diantaranya aspek tujuan, aspek metode, aspek kajian. Menurut Gay (dalam Sukardi, 2004:13) Aspek
tujuan terdiri dari penelitian dasar dan lanjut. Aspek metode terdiri atas
penelitian deskriptif, penelitian sejarah, penelitian survei, penelitian
ex-postfakto, penelitian eksperimen, penelitian kuai eksperimen. Sedangkan,
aspek kajian sesuai bidang garapan dapat dibagi menjadi dua, yaitu penelitian
kependidikan dan penelitian nonkependidikan (Sukardi, 2004:13-16).
Masalah penelitian dapat dibagi dalam berbagai bidang
diantaranya bidang pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, dan lain-lain.
Secara umum metode penyelesaian masalah pada penelitian ada dua, yaitu metode
kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif yang yang pengumpulan datanya
berinteraksi langsung dengan objek penelitianya dan hasilnya tidak diperoleh melalui prosedur statistik.
Sedangkan metode kuantitatif, pengumpulan datanya melalui instrumen penelitian
berupa populasi dan sampel serta hasilnya diperoleh melalui prosedur statistic.
Salah satu peneltian yang penting dan bermanfaat dalam dunia penelitian adalah
penelitian korelasional.
Dalam kehidupan sehari-hari pasti ada suatu hubungan yang
terjadi. Misal “Seorang guru sebelum mengajar berdoa terlebih dahulu.”.
artinya Doa disitu apakah ada efek dengan motivasi belajar siswa atau ada efek
dengan prestasi siswa. Semua itu dapat dibuktikan dengan teori mencari kebenaran
menggunakan teori korelasi. Korelasi digunakan untuk menyatakan suatu hubungan
antara dua variabel atau lebih. Hasilnya nanti bisa dikatakan signifikan,
sangat signifikan, atau tidak signifikan. Dalam penyusunan paper ini penulis ingin
mengenalkan kepada pembaca tentang teori hubungan atau teori korelasi.
BAB II. PEMBAHASAN
1. Teori Hubungan/Korelasional
Gambar 1. Korelasi Ganda
Sepanjang
sejarah umat manusia,
orang melakukan penelitian
mengenai ada dan tidaknya
hubungan antara dua hal, fenomena,
kejadian atau lainnya.
Usaha-usaha untuk mengukur hubungan ini dikenal sebagai mengukur asosiasi
antara dua fenomena atau kejadian yang menimbulkan rasa ingin tahu para peneliti. Dalam teori hubungan ini biasanya
dikenal dengan teori korelasi. Adapun korelasi itupun berbeda dengan regresi. Pernyataan
yang sering kita dengan adalah bahwa regresi dimengerti dengan kata kunci pengaruh, dan korelasi dimengerti dengan kata
kunci hubungan. Pengertian sederhana itu tidaklah salah, akan tetapi, tidak ada
salahnya juga kita memahami secara lebih lanjut tentang regresi dan korelasi.
Analisis
korelasi berkaitan erat dengan regresi, tetapi secara konsep berbeda dengan
analisis regresi. Analisis korelasi adalah mengukur suatu tingkat atau kekuatan
hubungan linear antara dua variabel. Koefisien korelasi adalah mengukur
kekuatan hubungan linear. Sebagai contoh, kita tertarik untuk menemukan
korelasi antara merokok dengan penyakit kanker, berdasarkan penjelasan
statistik dan matematika, pada anak sekolah dan mahasiswa (dst). Dalam analisis
regresi, kita tidak menggunakan pengukuran tersebut. Analisis regresi mencoba
untuk mengestimasi atau memprediksikan nilai rata-rata suatu variabel yang
sudah diketahui nilainya, berdasarkan suatu variabel lain yang juga sudah
diketahui nilainya. Misalnya, kita ingin mengetahui apakah kita dapat
memprediksikan nilai rata-rata ujian statistik berdasarkan nilai hasil ujian
matematika.
Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu
penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel
atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak
terdapat manipulasi variabel (Faenkel dan Wallen, 2008:328). Adanya hubungan dan
tingkat variabel ini penting karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang
ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian.
Jenis penelitian ini biasanya melibatkan ukuran statistik/tingkat hubungan yang
disebut dengan korelasi (Mc Millan dan Schumacher, dalam Syamsuddin dan
Vismaia, 2009:25). Penelitian korelasional menggunakan instrumen untuk
menentukan apakah, dan untuk tingkat apa, terdapat hubungan antara dua variabel
atau lebih yang dapat dikuantitatifkan.
Menurut Gay dalam Sukardi (2004:166) penelitian korelasi
merupakan salah satu bagian penelitian ex–post facto karena biasanya peneliti
tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan
hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien
korelasi. Selanjutnya, Fraenkel dan Wallen (2008:329) menyebutkan penelitian
korelasi ke dalam penelitian deskripsi karena penelitian tersebut merupakan
usaha menggambarkan kondisi yang sudah terjadi. Dalam penelitian ini, peneliti
berusaha menggambarkan kondisi sekarang dalam konteks kuantitatif yang
direfleksikan dalam variabel.
Penelitian korelasional dilakukan dalam berbagai bidang
diantaranya pendidikan, sosial, maupun ekonomi. Penelitian ini hanya terbatas
pada panafsiran hubungan antarvariabel saja (Emzir, 2009:38). Menurut Sukardi
(2004:166) penelitian korelasi mempunyai tiga karakteristik penting untuk para
peneliti yang hendak menggunakannya. Tiga karakteristik tersebut adalah sebagai
berikut.
Penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan
peneliti tidak mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti
dalam penelitian eksperimen. Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam
setting (lingkungan) nyata. Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi
yang signifikan.
Korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik pengukuran
asosiasi / hubungan (measures of association). Pengukuran asosiasi merupakan istilah umum
yang mengacu pada
sekelompok teknik dalam
statistik bivariat yang
digunakan untuk mengukur
kekuatan hubungan antara
dua variabel. Diantara
sekian banyak teknik-teknik
pengukuran asosiasi, terdapat
dua teknik korelasi yang sangat populer sampai sekarang,
yaitu Korelasi Pearson Product Moment dan Korelasi Rank Spearman. Selain kedua
teknik tersebut, terdapat pula teknik-teknik korelasi lain, seperti Kendal,
Chi-Square, Phi Coefficient, Goodman-Kruskal, Somer, dan Wilson.
Pengukuran
asosiasi mengenakan nilai
numerik untuk mengetahui
tingkatan asosiasi atau
kekuatan hubungan antara
variabel. Dua variabel
dikatakan berasosiasi jika perilaku
variabel yang satu mempengaruhi variabel
yang lain. Jika
tidak terjadi pengaruh, maka kedua variabel
tersebut disebut independen. Korelasi bermanfaat
untuk mengukur kekuatan
hubungan antara dua
variabel (kadang lebih
dari dua variabel) dengan skala-skala
tertentu, misalnya Pearson
data harus berskala
interval atau rasio;
Spearman dan Kendal menggunakan skala ordinal; Chi Square
menggunakan data nominal. Kuat lemah hubungan
diukur diantara jarak
(range) 0 sampai
dengan 1. Korelasi mempunyai kemungkinan
pengujian hipotesis dua
arah (two tailed).
Korelasi searah jika
nilai koefesien korelasi
diketemukan positif; sebaliknya jika
nilai koefesien korelasi
negatif, korelasi disebut
tidak searah. Yang
dimaksud dengan koefesien
korelasi ialah suatu
pengukuran statistik kovariasi
atau asosiasi antara
dua variabel. Jika
koefesien korelasi diketemukan
tidak sama dengan
nol (0), maka terdapat ketergantungan antara dua variabel
tersebut. Jika koefesien
korelasi diketemukan +1.
maka hubungan tersebut disebut
sebagai korelasi sempurna atau hubungan linear sempurna dengan
kemiringan (slope) positif.Jika
koefesien korelasi diketemukan -1. maka hubungan tersebut disebut
sebagai korelasi sempurna atau hubungan linear sempurna dengan kemiringan
(slope) negatif.
Dalam korelasi sempurna tidak diperlukan lagi pengujian
hipotesis, karena kedua variabel mempunyai hubungan linear yang sempurna. Artinya
variabel X mempengaruhi
variabel Y secara
sempurna. Jika korelasi sama dengan nol (0), maka tidak
terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut. Dalam korelasi sebenarnya
tidak dikenal istilah variabel bebas dan variabel tergantung. Biasanya
dalam penghitungan digunakan simbol X
untuk variabel pertama dan Y untuk variabel kedua. Dalam contoh hubungan antara
variabel remunerasi dengan kepuasan kerja, maka variabel remunerasi merupakan variabel
X dan kepuasan kerja merupakan variabel Y.
2. Tujuan Penelitian Korelasional
Banyak
analisis data bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dua atau
lebih peubah. Bila hubungan demikian ini dapat dinyatakan dalam bentuk rumus
matematik, maka kita akan dapat menggunakannya untuk keperluan identifikasi
selanjutnya. Masalah identifikasi dapat dilakukan dengan menerapkan persamaan
regresi dan menentukan korelasi (hubungan) data. Sekarang ini, istilah regresi
ditetapkan pada semua jenis peramalan, dan tidak harus berimplikasi suatu
regresi mendekati nilai tengah populasi. Sedangkan Teknik korelasi merupakan
teknik analisis yang melihat kecenderungan pola dalam satu variabel berdasarkan
kecenderungan pola dalam variabel yang lain. Maksudnya, ketika satu variabel
memiliki kecenderungan untuk naik maka kita melihat kecenderungan dalam
variabel yang lain apakah juga naik atau turun atau tidak menentu. Jika
kecenderungan dalam satu variabel selalu diikuti oleh kecenderungan dalam
variabel lain, kita dapat mengatakan
bahwa kedua variabel ini memiliki hubungan atau korelasi.
Tujuan penelitian korelasional menurut Suryabrata (dalam
Abidin, 2010) adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu
faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain
berdasarkan pada koefisien korelasi. Sedangkan menurut Gay dalam Emzir
(2009:38) Tujuan penelitian korelasional adalah untuk menentukan hubungan
antara variabel, atau untuk menggunakan hubungan tersebut untuk membuat
prediksi.
Studi hubungan biasanya menyelidiki sejumlah variabel
yang dipercaya berhubungan dengan suatu variabel mayor, seperti hasil belajar
variabel yang ternyata tidak mempunyai hubungan yang tinggi dieliminasi dari
perhatian selanjutnya. Misalkan saja sperti hubungan antara kecerdasan dengan
kreativitas, tinggi badan dengan umur, semangat dengan pencapaian, nilai bahasa
Inggris dengan nilai statistika, dan sebagainya. Tujuan dari penyelidikan
korelasional adalah untuk mengungkapkan atau menetapkan suatu hubungan atau
menggunakan hubungan-hubungan dalam membuat prediksi atau prakiraan.
Pada penelitian korelasional, para peneliti umumnya hanya
mendasarkan pada penampilan variabel secara natural atau sebagaimana adanya,
tanpa memanipulasi atau mengatur kondisi variabel tersebut. Oleh karena itu,
peneliti sebaiknya mengetahui cukup banyak alasan yang kuat untuk
mempertahankan hasil hubungan yang ditemukan dalam suatu penelitian.
Penelitian korelasi lebih tepat, bila dalam penelitian
peneliti memfokuskan usahanya dalam memperoleh informasi yang bisa menerangkan
adanya fenomena atau kejadian yang kompleks melalui hubungan antar variabel.
Sehingga, peneliti juga mampu melakukan eksplorasi studi menggunakan teknik
korelasi parsial, yang mana peneliti mengeliminasi salah satu pengaruh variabel
supaya bisa dilihat hubungan dua variabel yang dianggap penting saja.
Dalam bidang pendidikan, studi korelasi umumnya digunakan
guna melakukan penelitian terhadap sejumlah variabel yang diperkirakan memiliki
peranan yang signifikan dalam mencapai proses pembelajaran. Sebagai contoh,
misalnya mengenai pencapaian hasil belajar dengan motivasi internal, intensitas
kehadiran mengikuti kuliah, belajar strategi, dan lain sebagainya.
Para peneliti akan tepat menggunakan penelitian korelasi
saat peneliti memiliki beberapa alasan penting, di antaranya yaitu sebagai
berikut.
a. Adanya kebutuhan akan informasi bahwa ada hubungan
antarvariabel yang mana koefisien korelasi dapat mencapainya.
b. Penelitian korelasi harus memperhitungkan manfaatnya jika
variabel yang muncul tersebut kompleks, dan peneliti tidak mungkin bisa
melakukan kontrol dan memanipulasi variabel-variabel itu.
c. Apabila dalam penelitian memungkinkan untuk melakukan
pengukuran beberapa variabel dan hubungan yang ada dalam setting yang
realistis. Dan alasan penting lain yaitu bahwa penelitian korelasi tepat
dilakukan, bila salah satu tujuan penelitian adalah untuk mencapai formula
prediksi, yaitu keadaan yang menunjukkan terdapatnya asumsi hubungan antar
variabel.
Metode korelasional memungkinkan untuk para peneliti
menganalisis hubungan antara sejumlah besar variabel dalam suatu studi tunggal. Koefisien korelasi
dapat memberikan ukuran tingkat dan arah hubungan. Penggunaan metode korelasional
dapat ditujukan (1) untuk mengungkapkan hubungan antarvariabel dan (2) untuk
memprediksi skor subjek pada suatu variabel melalui skor pada variabel lain.
Penelitian macam ini cocok dilakukan bila variabel-variabel
yang diteliti rumit dan/atau tak dapat diteliti dengan metode eksperimental
atau tak dapat dimanipulasi. Studi macam ini memungkinkan pengukuran beberapa
variabel dan saling hubungannya secara serentak dalam keadaan realistiknya. Output
dari penelitian ini adalah taraf atau tinggi-rendahnya saling hubungan dan
bukan ada atau tidak adanya saling hubungan tersebut. Dapat digunakan untuk
meramalkan variabel tertentu berdasarkan variabel bebas. Penelitian
korelasional juga mengandung kelebihan-kelebihan, antara lain: kemampuannya
untuk menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara bersama-sama
(simultan); dan Penelitian korelasional
juga dapat memberikan informasi tentang derajat (kekuatan) hubungan
antara variabel-variabel yang diteliti.
3. Macam
Penelitian Korelasional
Di dalam teori korelasi terdapat beberapa
macam bentuk korelasi diantaranya:
A. Penelitian Hubungan
Penelitian hubungan, relasional, atau korelasi sederhana
(seringkali hanya disebut korelasi saja) digunakan untuk menyelidiki hubungan
antara hasil pengukuran terhadap dua variabel yang berbeda dalam waktu yang
bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat atau derajat
hubungan antara sepasang variabel (bivariat). Lebih lanjut, penelitian jenis
ini seringkali menjadi bagian dari penelitian lain, yang dilakukan sebagai awal
untuk proses penelitian lain yang kompleks. Misalnya, dalam penelitian korelasi
multivariat yang meneliti hubungan beberapa variabel secara simultan pada
umumnya selalu diawali dengan penelitian hubungan sederhana untuk melihat
bagaimana masing-masing variabel tersebut berhubungan satu sama lain secara
berpasangan.
Dalam penelitian korelasi sederhana ini hubungan antar
variabel tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi. Nilai
koofisien korelasi merupakn suatu alat
statistik yang digunakan untuk membantu peneliti dalam memahami tingkat
hubungan tersebut. Nilai koefisien bervariasi dari -1,00 sampai +1,00 diperoleh
dengan menggunakan teknik statistik tertentu sesuai dengan karakter dari data
masing-masing variabel.
Pada dasarnya, desain penelitian hubungan ini cukup
sederhana, yakni hanya dengan mengumpulkan skor dua variabel dari kelompok
subjek yang sama dan kemudian menghitung koefisien korelasinya. Oleh karena
itu, dalam melakukan penelitian ini, pertama-tama peneliti menentukan sepasang
variabel yang akan diselidiki tingkat hubungannya. Pemilihan kedua variabel
tersebut harus didasarkan pada teori, asumsi, hasil penelitian yang mendahului,
atau pengalaman bahwa keduanya sangat mungkin berhubungan.
B. Penelitian Prediktif
Dalam pelaksanaan di bidang pendidikan, banyak situasi
yang menghendaki dilakukannya prediksi atau peramalan. Pada awal tahun ajaran
baru, misalnya, setiap sekolah karena keterbatasan fasilitas, seringkali harus
menyeleksi para pendaftar yang akan diterima menjadi calon siswa baru.
Penelitian korelasi jenis ini memfokuskan pada pengukuran
terhadap satu variabel atau lebih yang dapat dipakai untuk memprediksi atau
meramal kejadian di masa yang akan datang atau variabel lain (Borg & Gall
dalam Abidin, 2010). Penelitian ini sebagaimana penelitian relasional,
melibatkan penghitungan korelasi antara suatu pola tingkah laku yang kompleks,
yakni variabel yang menjadi sasaran prediksi atau yang diramalkan kejadiannya
(disebut kriteria), dan variabel lain yang diperkirakan berhubungan dengan
kriteria, yakni variabel yang dipakai untuk memprediksi (disebut prediktor).
Teknik yang digunakan untuk mengetahui tingkat prediksi antara kedua variabel
tersebut adalah teknik analisis regresi yang menghasilkan nilai koefisien
regresi, yang dilambangkan dengan R.
Perbedaan yang utama antara penelitian relasional dan
penelitian jenis ini terletak pada asumsi yang mendasari hubungan antar
variabel yang diteliti. Dalam penelitian relasional, peneliti berasumsi bahwa
hubungan antara kedua variabel terjadi secara dua arah atau dengan kata lain,
ia hanya ingin menyelidiki apakah kedua variabel mempunyai hubungan, tanpa
mempunyai anggapan bahwa variabel yang muncul lebih awal dari yang lain. Oleh
karena itu, kedua variabel biasanya diukur dalam waktu yang bersamaan. Sedang
dalam penelitian prediktif, di samping ingin menyelidiki hubungan antara dua
variabel, peneliti juga mempunyai anggapan bahwa salah satu variabel muncul
lebih dahulu dari yang lain, atau hubungan satu arah. Oleh karena itu, tidak
seperti penelitian relasional, kedua variabel diukur dalam waktu yang
berurutan, yakni variabel prediktor diukur sebelum variabel kriteria terjadi,
dan tidak dapat sebaliknya.
C.
Korelasi
Multivariat
Teknik untuk mengukur dan menyelidiki tingkat hubungan
antara kombinasi dari tiga variabel atau lebih disebut teknik korelasi
multivariat. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan, dua diantaranya yang
akan dibahas di sini adalah: regresi ganda atau multiple regresion dan korelasi
kanonik.
Regresi ganda. Memprediksi suatu fenomena yang kompleks
hanya dengan menggunakan satu faktor (variabel prediktor) seringkali hanya
memberikan hasil yang kurang akurat. Dalam banyak hal, semakin banyak informasi
yang diperoleh semakin akurat prediksi yang dapat dibuat (Mc Millan &
Schumaker dalam Abidin, 2010), yakni dengan menggunakan kombinasi dua atau
lebih variabel prediktor, prediksi terhadap variabel kriteria akan lebih akurat
dibanding dengan hanya menggunakan masing-masing variabel prediktor secara
sendiri-sendiri. Dengan demikian, penambahan jumlah prediktor akan meningkatkan
akurasi prediksi kriteria.
Korelasi kanonik. Pada dasarnya teknik ini sama dengan
regresi ganda, dimana beberapa variabel dikombinasikan untuk memprediksi
variabel kriteria. Akan tetapi, tidak seperti regresi ganda yang hanya
melibatkan satu variabel kriteria, korelasi kanonik melibatkan lebih dari satu
variabel kriteria. Korelasi ini berguna untuk menjawab pertanyaan, bagaimana
serangkaian variabel prediktor memprediksi serangkai variabel kriteria? Dengan
demikian, korelasi kanonik ini dapat dianggap sebagai perluasan dari regresi
ganda,dan sebaliknya, regresi berganda dapat dianggap sebagai bagian dari
korelasi kanonik (Pedhazur dalam Abidin, 2010). Seringkali korelasi ini
digunakan dalam penelitian eksplorasi yang bertujuan untuk meentukan apakah
sejumlah variabel mempunyai hubungan satu sama lain yang serupa atau berbeda.
4. Rancangan Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional mempunyai berbagai jenis
rancangan. Shaughnessy dan Zechmeinter (dalam Emzir, 2009:48-51), yaitu:
A.
Korelasi
Bivariat
Rancangan penelitian korelasi bivariat adalah suatu
rancangan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua
variabel. Hubungan antara dua variabel diukur. Hubungan tersebut mempunyai
tingkatan dan arah. Tingkat hubungan (bagaimana kuatnya hubungan) biasanya
diungkapkan dalam angka antar -1,00 dan +1,00, yang dinamakan koefisien
korelasi. Korelasi zero (0) mengindikasikan tidak ada hubungan. Koefisien korelasi
yang bergerak ke arah -1,00 atau +1,00, merupakan korelasi sempurna pada kedua
ekstrem (Emzir, 2009:48).
Arah hubungan diindikasikan olh simbol “-“ dan “+”. Suatu
korelasi negatif berarti bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin
rendah pula skor pada variabel lain atau sebaliknya. Korelasi positif
mengindikasikan bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin tinggi
pula skor pada variabel lain atau sebaliknya (Emzir, 2009:48).
B.
Regresi dan
Prediksi
Jika terdapat korelasi antara dua variabel dan kita
mengetahui skor pada salah satu variabel, skor pada variabel kedua dapat
diprediksikan. Regresi merujuk pada seberapa baik kita dapat membuat prediksi
ini. Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik -1,00 maupun +1,00,
prediksi kita dapat lebih baik.
C.
Regresi
Jamak (Multiple Regresion)
Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi
sederhana dengan penambahan beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini
memberikan lebih banyak kekuatan kepada kita untuk membuat prediksi yang
akurat. Apa yang kita prediksikan disebut variabel kriteria (criterion
variable). Apa yang kita gunakan untuk membuat prediksi, variabel-variabel yang
sudah diketahui disebut variabel prediktor (predictor variables).
D.
Analisis
Faktor
Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel
yang ada. Sejumlah besar variabel dikorelasikan dan terdapatnya antarkorelasi
yang tinggi mengindikasikan suatu faktor penting yang umum.
E.
Rancangan
korelasional yang digunakan untuk menarik kesimpulan kausal
Terdapat dua rancangan yang dapat digunakan untuk membuat
pernyataan-pernyataan tentang sebab dan akibat menggunakan metode korelasional.
Rancangan tersebut adalah rancangan analisis jalur (path analysis design) dan
rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel design).
Analisis jalur digunakan untuk menentukan mana dari
sejumlah jalur yang menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya.
Sedangkan desain panel lintas akhir mengukur dua variabel pada dua titik
sekaligus.
F.
Analisis
sistem (System Analysis)
Desain ini melibatkan penggunaan prosedur matematik yang
kompleks/rumit untuk menentukan proses dinamik, seperti perubahan sepanjang
waktu, jerat umpan balik serta unsur dan aliran hubungan.
5. Desain Dasar Penelitian Korelasional
Desain korelasional dasar sangatlah sederhana; 2 atau
lebih skor yang didapatkan dari setiap jumlah sampel yang dipilih, 1 skor untuk
setiap variabel yang diteliti, dan skor berpasangan kemudian dikorelasikan.
Koefisien korelasi yang diperoleh mengindikasikan tingkatan atau derajat hubungan
antara kedua variabel tersebut. Penelitian yang berbeda menyelidiki sejumlah
variabel, dan beberapa penggunaan prosedur statistik yang kompleks, namun
desain dasar tetaplah sama dalam semua penelitian korelasional
Pada dasarnya penelitian korelasioanal melibatkan
perhitungan korelasi antara variabel yang komplek (variabel kriteria) dengan
variabel lain yang dianggap mempuyai hubungan (variabel prediktor).
Langkah-langkah tesebut penelitian ini antara lain secara umum menurut Mc Milan
dan Schumaker (2003), yaitu penentuan masalah, peninjauan masalah atau studi
pustaka, pertanyaan penelitian atau hipotesis, rancangan penelitian dan
metodologi penelitian, pengumpulan data,
dan analisis data, simpulan.
A. Penentuan masalah
Dewey (dalam
Syamsuddin dan Vismaia, 2009:42) menyatakan masalah dalam penelitian merupakan
kesenjangan antara yang diharapkan dengan kenyataan yang ada atau sesuatu yang
dijadikan target yang telah ditetapkan oleh peneliti, tetapi target tersebut
tidak tercapai. Disetiap penelitian langkah awal yang harus dilakukan peneliti
adalah menentukan masalah penelitian yang akan menjadi fokus studinya.
Ciri-ciri permasalahan yang layak diteliti adalah yang dapat diteliti
(researchable), mempunyai kontribusi atau kebermanafaatan bagi banyak pihak, dapat
didukung oleh data empiris serta sesuai kemampuan dan keinginan peneliti
(Sukardi, 2004:27-28). Dalam penelitian korelasional, masalah yang dipilih
harus mempunyai nilai yang berarti dalam pola perilaku fenomena yang kompleks
yang memerlukan pemahaman. Disamping itu, variabel yang dimasukkan dalam
penelitian harus didasarkan pada pertimbangan, baik secara teoritis maupun
nalar, bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan tertentu. Hal ini biasanya
dapat diperoleh berdasarkan hasil penelitian sebelumnya.
B. Peninjauan Masalah atau Studi Kepustakaan
Setelah
penentuan masalah, kegiatan penelitian yang penting adalah studi kepustakaan
yang menjadi dasar pijakan untuk memperoleh landasan teori, kerangka pikir dan
penentuan dugaan sementara sehingga peneliti dapat mengerti, mengalokasikan,
mengorganisasikan, dan menggunakan variasi pustaka dalam bidangnya. Macam-macam
sumber untuk memperoleh teori yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti adalah dari jurnal, laporan hasil penelitian,
majalah ilmiah, surat kabar, buku yang relevan, hasil-hasil seminar, artikel
ilmiah dan narasumber.
C. Rancangan penelitian atau Metodologi Penelitian
Pada tahap
ini peneliti menentukan subjek penelitian yang akan dipilih dan menentukan cara
pengolahan datanya. Subyek yang dilibatkan dalam penelitian ini harus dapat
diukur dalam variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian. Subyek tersebut
harus relatif homogen dalam faktor-faktor di luar variabel yang diteliti yang
mungkin dapat mempengaruhi variabel terikat. Bila subyek yang dilibatkan
mempunyai perbedaan yang berarti dalam faktor-faktor tersebut, korelasi antar
variabel yang diteliti menjadi kabur. Untuk mengurangi heterogenitas tersebut,
peneliti dapat mengklasifikasikan subyek menjadi beberapa kelompok berdasarkan
tingkat faktor tertentu kemudian menguji hubungan antar variabel penelitian
untuk masing-masing kelompok.
D. Pengumpulan data
Berbagai
jenis instrumen dapat digunakan untuk mengukur dan mengumpulkan data
masing-masing variabel, seperti angket, tes, pedoman interview dan pedoman
observasi, tentunya disesuaikan dengan kebutuhan. Data yang dikumpulkan dengan
instrumen-instrumen tersebut harus dalam bentuk angka. Dalam penelitian
korelasional, pengukuran variabel dapat dilakukan dalam waktu yang relatif
sama. Sedang dalam penelitian prediktif, variabel prediktor harus diukur selang
beberapa waktu sebelum variabel kriteria terjadi. Jika tidak demikian, maka
prediksi terhadap kriteria tersebut tidak ada
artinya.
E. Analisis data
Pada
dasarnya, analisis dalam penelitian korelasional dilakukan dengan cara
mengkorelasikan hasil pengukuran suatu variabel dengan hasil pengukuran
variabel lain. Dalam penelitian korelasional, teknik korelasi bivariat, sesuai
dengan jenis datanya, digunakan untuk menghitung tingkat hubungan antara variabel
yang satu dengan yang lain. Sedang dalam penelitian prediktif, teknik yang
digunakan adalah analisis regresi untuk mengetahui tingkat kemampuan prediktif
variabel prediktor terhadap variabel kriteria. Namun demikian, dapat pula
digunakan analisis korelasi biasa bila hanya melibatkan dua variabel. Bila
melibatkan lebih dari dua variabel, misalnya untuk menentukan apakah dua
variabel prediktor atau lebih dapat digunakan untuk memprediksi variabel
kriteria lebih baik dari bila digunakan secara sendiri-sendiri, teknik analisis
regresi ganda, multiple regresion atau analisis kanonik dapat digunakan. Hasil
analisis tersebut biasanya dilaporkan dalam bentuk nilai koefisien korelasi
atau koefisien regresi serta tingkat signifikansinya, disamping proporsi
variansi yang disumbangkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Interpretasi
data pada penelitian korelasional adalah bila dua variabel hubungkan maka akan
menghasil koefisen korelasi dengan simbol (r). Hubungan variabel tersebut
dinyatakan dengan nilai dari -1 samapai +1.
Nilai (-) menunjukan korelasi negatif yang variabelnya saling bertolak
belakang dan nilai (+) menunjukkan korelasi positif yang variabelnya saling
mendekati ke arah yang sama (Syamsudin dan Vismaia, 2009:25).
F. Simpulan
Berisi
tentang hasil analisis deskripsi dan pembahasan tentang hal yang diteliti
dengan menggunakan mudah dipahami pembaca secara ringkas.
6.
Karakteristik
Korelasi
Korelasi mempunyai karakteristik-karakteristik diantaranya:
a)
Kisaran
Korelasi.
Kisaran (range)
korelasi mulai dari 0 sampai
dengan 1. Korelasi
dapat positif dan
dapat pula negatif.
b)
Korelasi
Sama.
Dengan NolKorelasi sama dengan
0 mempunyai arti
tidak ada hubungan
antara dua variabel.
Jika dilihat dari sebaran
data, maka gambarnya akan seperti terlihat di bawah ini:
c)
Korelasi
Sama.
Dengan Satu Korelasi sama dengan
+ 1 artinya
kedua variabel mempunyai
hubungan linier sempurna
(membentuk garis lurus) positif. Korelasi sempurna seperti ini mempunyai
makna jika nilai X naik, makaY juga naik.Korelasi sama dengan -1 artinya kedua
variabel mempunyai hubungan linier sempurna (membentuk garis lurus) negatif.
Korelasi sempurna seperti ini mempunyai makna jika nilai X naik, maka
Y turun (dan sebaliknya)
7.
Koefesien
Korelasi
Koefesien korelasi ialah
pengukuran statistik kovarian
atau asosiasi antara
dua variabel. Besarnya
koefesien korelasi berkisar
antara +1 s/d
-1. Koefesien korelasi
menunjukkan kekuatan (strength)
hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak. Jika koefesien
korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika
nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula.
Sebaliknya, jika koefesien
korelasi negatif, maka
kedua variabel mempunyai
hubungan terbalik. Artinya
jika nilai variabel
X tinggi, maka
nilai variabel Y
akan menjadi rendah
(dan sebaliknya). Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai
kekuatan hubungan antara dua variabel penulis memberikan kriteria sebagai
berikut (Sarwono:2006):
a.
0 : Tidak
ada korelasi antara dua variabel
b.
>0 –
0,25: Korelasi sangat lemah
c.
>0,25 –
0,5: Korelasi cukup
d.
>0,5 –
0,75: Korelasi kuat
e.
>0,75 –
0,99: Korelasi sangat kuat
f.
1:
Korelasi sempurna
8.
Signifikansi
Dalam bahasa Inggris
umum, kata,
"significant" mempunyai makna penting; sedang
dalam pengertian statistik
kata tersebut mempunyai
makna “benar” tidak
didasarkan secara kebetulan.
Hasil riset dapat benar tapi tidak penting. Signifikansi / probabilitas / a
memberikan gambaran mengenai bagaimana
hasil riset itu
mempunyai kesempatan untuk
benar. Jika kita
memilih signifikansi sebesar
0,01, maka artinya kita menentukan hasil riset nanti mempunyai kesempatan untuk
benar sebesar 99% dan untuk salah sebesar 1%. 4Secara umum
kita menggunakan angka
signifikansi sebesar 0,01;
0,05 dan 0,1.
Pertimbangan penggunaan angka
tersebut didasarkan pada tingkat kepercayaan (confidence interval) yang
diinginkan oleh peneliti. Angka signifikansi
sebesar 0,01 mempunyai
pengertian bahwa tingkat
kepercayaan atau bahasa
umumnya keinginan kita
untuk memperoleh kebenaran
dalam riset kita
adalah sebesar 99%. Jika angka
signifikansi sebesar 0,05,
maka tingkat kepercayaan
adalah sebesar 95%.
Jika angka signifikansi sebesar 0,1, maka tingkat
kepercayaan adalah sebesar 90%.
Pertimbangan lain ialah menyangkut jumlah data (sample) yang akan
digunakan dalam riset. Semakin kecil
angka signifikansi, maka
ukuran sample akan
semakin besar. Sebaliknya
semakin besar angka signifikansi,
maka ukuran sample akan semakin kecil. Unutuk memperoleh angka
signifikansi yang baik,
biasanya diperlukan ukuran
sample yang besar.
Sebaliknya jika ukuran
sample semakin kecil,
maka kemungkinan munculnya kesalahan semakin ada.Untuk pengujian dalam
SPSS digunakan kriteria sebagai berikut:
i.
Jika angka
signifikansi hasil riset < 0,05, maka hubungan kedua variabel signifikan.
ii.
Jika angka
signifikansi hasil riset > 0,05, maka hubungan kedua variabel tidak
signifikan
9.
Interpretasi Korelasi
Ada tiga penafsiran hasil analisis korelasi, meliputi: pertama, melihat
kekuatan hubungan dua variabel; kedua, melihat signifikansi hubungan; dan
ketiga, melihat arah hubungan.Untuk melakukan interpretasi kekuatan hubungan
antara dua variabel dilakukan dengan melihat angka koefesien korelasi hasil
perhitungan dengan menggunakan kriteria sbb:
a) Jika angka koefesien korelasi menunjukkan 0, maka kedua variabel tidak
mempunyai hubungan.
b)
Jika angka
koefesien korelasi mendekati
1, maka kedua
variabel mempunyai hubungan
semakin kuat
c)
Jika angka koefesien korelasi mendekati 0, maka
kedua variabel mempunyai hubungan semakin lemah
d)
Jika angka
koefesien korelasi sama dengan 1, maka kedua variabel mempunyai hubungan linier
sempurna positif.
e) Jika angka koefesien korelasi sama dengan -1, maka kedua variabel
mempunyai hubungan linier sempurna negatif.
Interpretasi berikutnya
melihat signifikansi hubungan dua variabel dengan didasarkan pada angka signifikansi
yang dihasilkan dari penghitungan dengan ketentuan sebagaimana sudah dibahas di
atas. Interpretasi ini akan membuktikan apakah hubungan kedua variabel tersebut
signifikan atau tidak. Interpretasi
ketiga melihat arah
korelasi. Dalam korelasi
ada dua arah
korelasi, yaitu searah
dan tidak searah. Pada SPSS hal ini ditandai dengan
pesan two tailed.
Arah korelasi dilihat dari
angka koefesien korelasi. Jika koefesien korelasi positif, maka hubungan kedua
variabel searah. Searah artinya jika variabel X nilainya tinggi, maka variabel
Y juga tinggi. Jika koefesien korelasi negatif, maka hubungan kedua variabel tidak
searah. Tidak searah artinya jika variabel X nilainya tinggi, maka variabel Y
akan rendah.Dalam kasus, misalnya hubungan antara kepuasan kerja dan komitmen
terhadap organisasi sebesar 0,86 dengan
angka signifikansi sebesar
0 akan mempunyai
makna bahwa hubungan
antara variabel kepuasan kerja dan komitmen terhadap
organisasi sangat kuat, signifikan dan searah. Sebaliknya dalam kasus hubungan
antara variabel mangkir
kerja dengan produktivitas
sebesar -0,86, dengan
angka signifikansi sebesar
0; maka hubungan kedua variabel sangat
kuat, signifikan dan tidak searah.
10.
Koefesien
Determinasi
Koefesien diterminasi dengan
simbol r2 merupakan
proporsi variabilitas dalam
suatu data yang
dihitung didasarkan pada model statistik. Definisi berikutnya
menyebutkan bahwa r2 merupakan rasio variabilitas nilai-nilai yang dibuat model
dengan variabilitas nilai data asli. Secara umum r2 digunakan sebagai informasi
mengenai kecocokan suatu
model. Dalam regresi
r2 ini dijadikan
sebagai pengukuran seberapa
baik garis regresi
mendekati nilai data
asli yang dibuat
model. Jika r2
sama dengan 1, maka angka
tersebut menunjukkan garis regresi cocok dengan data secara sempurna.Interpretasi
lain ialah bahwa r2 diartikan sebagai proporsi variasi tanggapan yang
diterangkan oleh regresor (variabel bebas / X) dalam model. Dengan demikian,
jika r2 = 1 akan mempunyai arti bahwa model yang sesuai menerangkan semua
variabilitas dalam variabel Y. jika r2 = 0 akan mempunyai arti bahwa tidak ada
hubungan antara regresor (X) dengan variabel Y. Dalam kasus misalnya jika r2 =
0,8 mempunyai arti bahwa sebesar 80% variasi dari variabel Y (variabel
tergantung / response) dapat diterangkan dengan variabel X (variabel bebas /
explanatory); sedang sisanya 0,2 dipengaruhi oleh variabel-variabel yang tidak
diketahui atau variabilitas
yang inheren. (Rumus
untuk menghitung koefesien determinasi (KD) adalah KD = r2 x
100%) Variabilitas mempunyai makna penyebaran / distribusi seperangkat nilai-nilai tertentu. Dengan menggunakan bahasa umum,
pengaruh variabel X terhadap Y adalah sebesar 80%; sedang sisanya
20% dipengaruhi oleh faktor lain. Dalam
hubungannya dengan korelasi,
maka r2 merupakan
kuadrat dari koefesien
korelasi yang berkaitan dengan variabel bebas (X) dan
variabel Y (tergantung). Secara umum dikatakan bahwa r2 merupakan
kuadrat korelasi antara
variabel yang digunakan
sebagai predictor (X)
dan variabel yang
memberikan response (Y).
Dengan menggunakan bahasa
sederhana r2 merupakan
koefesien korelasi yang
dikuadratkan. Oleh karena
itu, penggunaan koefesien
determinasi dalam korelasi
tidak harus diinterpretasikan sebagai
besarnya pengaruh variabel
X terhadap Y
mengingat bahwa korelasi
tidak sama dengan
kausalitas. Secara bebas
dikatakan dua variabel
mempunyai hubungan belum
tentu variabel satu mempengaruhi
variabel lainnya. Lebih
lanjut dalam konteks
korelasi antara dua
variabel maka pengaruh variabel X
terhadap Y tidak nampak. Kemungkinannya hanya korelasi merupakan penanda awal
bahwa variabel X mungkin berpengaruh terhadap Y. Sedang bagaimana pengaruh
itu terjadi dan ada atau tidak
kita akan mengalami kesulitan untuk membuktikannya. Hanya menggunakan angka r2
kita tidak akan dapat membuktikan bahwa variabel X mempengaruhi Y.Dengan demikian
jika kita menggunakan
korelasi sebaiknya jangan
menggunakan koefesien determinasi
untuk melihat pengaruh
X terhadap Y
karena korelasi hanya
menunjukkan adanya hubungan antara variabel X dan Y. Jika tujuan
riset hanya untuk mengukur hubungan maka sebaiknya berhenti saja di angka
koefisien korelasi. Sedang jika kita ingin mengukur besarnya pengaruh variabel
X terhadap Y sebaiknya menggunakan rumus lain, seperti regresi atau analisis
jalur.
11. Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Korelasional
Penelitian
korelasional mengandung kelebihan-kelebihan, antara lain: kemampuannya untuk
menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara bersama-sama
(simultan); dan Penelitian korelasional
juga dapat memberikan informasi tentang derajat (kekuatan) hubungan antara
variabel-variabel yang diteliti (Abidin, 2010). Selanjutnya, Sukardi
menambahkan kelebihan penelitian ini adalah penelitian ini berguna untuk
mengatasi masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan, ekonomi, sosial.
Dengan penelitian ini juga memungkinkan untuk menyelidiki beberapa variabel
untuk diselidiki secara intensif dan penelitian ini dapat melakukan analisis
prediksi tanpa memerlukan sampel yang besar.
Sedangkan,
kelemahan penelitian korelasional, antara lain: Hasilnya cuma mengidentifikasi
apa sejalan dengan apa, tidak mesti menunjukkan saling hubungan yang bersifat
kausal; Jika dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian
korelasional itu kurang tertib- ketat, karena kurang melakukan kontrol terhadap
variabel-variabel bebas; Pola saling hubungan itu sering tak menentu dan kabur;
ering merangsang penggunaannya sebagai semacam short-gun approach, yaitu
memasukkan berbagai data tanpa pilih-pilih dan menggunakan setiap interpretasi
yang berguna atau bermakna. (Abidin, 2010). Kelemahan-kelemahan lain dari
penelitian korelasional antara lain:
a. Hasilnya cuma mengidentifikasi apa sejalan dengan apa,
tidak mesti menunjukkan saling hubungan yang bersifat kausal;
b. Jika dibandingkan dengan penelitian eksperimental,
penelitian korelasional itu kurang tertib- ketat, karena kurang melakukan
kontrol terhadap variabel-variabel bebas;
c. Pola saling hubungan itu sering tak menentu dan kabur;
d. Sering merangsang penggunaannya sebagai semacam short-gun
approach, yaitu memasukkan berbagai data tanpa pilih-pilih dan menggunakan
setiap interpretasi yang berguna atau bermakna.
Terkadang
juga kesalahan-kesalahan yang ditimbulkan oleh peneliti itu sendiri seperti :
a. Peneliti berasumsi bahwa korelasi merupakan bukti sebab
akibat
b. Peneliti bertumpu pada pendekatan sekali tembak (shotgun
approach)
c. Peneliti memilih statistik yang tidak tepat
d. Peneliti menggunakan analisis bivariat ketika multivariat
yang lebih tepat
e. Peneliti tidak melakukan studi validitas silang
f. eneliti menggunakan analisis jalur atau LISER tanpa
peninjauan asumsi-asumsi (teori)
g. Peneliti gagal menentukan suatu variabel kausal penting
dalam perencanaan suatu analisis jalur
h. Peneliti salah tafsir terhadap signifikansi praktis atau
statistik dalam suatu studi.
BAB III. KESIMPULAN
Korelasional adalah suatu
penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel
atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak
terdapat manipulasi variabel (Faenkel dan Wallen, 2008:328). Adanya hubungan
dan tingkat variabel ini penting karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang
ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian.
Tujuan penelitian korelasional
menurut Suryabrata (dalam Abidin, 2010) adalah untuk mendeteksi sejauh mana
variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu
atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi.
Penelitian korelasional
mengandung kelebihan-kelebihan, antara lain: kemampuannya untuk menyelidiki
hubungan antara beberapa variabel secara bersama-sama (simultan) (Abidin,
2010). Selanjutnya, Sukardi menambahkan kelebihan penelitian ini adalah
penelitian ini berguna untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan bidang
pendidikan, ekonomi, sosial.
Sedangkan, kelemahan penelitian
korelasional, antara lain: Hasilnya cuma mengidentifikasi apa sejalan dengan
apa, tidak mesti menunjukkan saling hubungan yang bersifat kausal; Jika
dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian korelasional itu
kurang tertib- ketat, karena kurang melakukan kontrol terhadap
variabel-variabel bebas.
Teknik analisis
korelasi ini merupakan bagian
dari teknik pengukuran
asosiasi (measure of association)
yang berguna untuk mengukur kekuatan hubungan dua variabel (atau lebih).
Terdapat beberapa teknik analisis korelasi, diantaranya yang paling terkenal
dan digunakan secara luas diseluruh dunia ialah teknik analisis korelasi
Pearson dan Spearman.
Korelasi merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengukur kekuatan
hubungan dua variabel. Korelasi tidak secara otomatis menunjukkan hubungan
kausalitas antar variabel.
Hubungan dalam korelasi dapat
berupa hubungan linier positif
dan negatif. Interpretasi
koefesien korelasi akan
menghasilkan makna kekuatan, signifikansi dan arah hubungan kedua
variabel yang diteliti. Untuk melihat kekuatan koefisien korelasi didasarkan
pada jarak yang berkisar antara 0 -1.
Untuk melihat signifikansi hubungan digunakan angka
signifikansi / probabilitas / alpha. Untuk melihat arah korelasi dilihat dari
angka koefisien korelasi yang menunjukkan positif atau negatif. Konsep-konsep
korelasi dalam bagian ini akan dijadikan sebagai pijakan atau landasan teori
dalam menggunakan teknik
korelasi di bagian-bagian
berikutnya. Oleh karena
itu, pembaca perlu memahami
konsep dasar korelasi sebelum menggunakannya.
BAB IV. DAFTAR PUSTAKA
Atmodjo, J. Tri. 2005. Modul Penelitian Korelasi (artikel). Jakarta: Fikom
Universitas Mercubuana Jakarta
Emzir. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif.
Jakarta: PT Raja Grafindo Pergoda.
Abidin, Muhammad Zainal. 2008. Penelitian Korelasional. (artikel). Dalam http://www.Muhammad
Zainal Abidin Personal Blog.htm. di akses tanggal 25 September 2017.
Fraenkel, J.R dan Wellen, N.E. 2008. How to Design and Evaluate research in
Education. New York: McGraw-Hill.
McMilan, J dan Schumacher, S. 2003. Research in Education. New York:
Longman.
Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra
edisi ketiga. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Ruseffendi. 1993. Statistika untuk Penelitian Pendidikan. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi
Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Perguruan Tinggi.
Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta: Bumi Aksara.
Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan
Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.